Mundur

23 2 0
                                    

Kalau bahagiamu bukan bersamaku, aku mundur teratur. Kata orang, kalau kita menyayangi seseorang, biarkan ia bebas. Dan akan aku coba. Membiarkanmu bebas, tanpa pernah ingin mengikatmu dalam sebuah hubungan yang tidak mungkin bisa aku wujudkan.

Kalau denganku kamu merasa terbebani, aku siap mandiri. Iya, serius. Nanti, takkan kau temui lagi aku yang mengeluh lelah, takkan kau temui lagi aku yang meminta uluran tangan, dan takkan kau temui lagi aku menangis karena terjatuh. Janji, takkan lagi.

Tapi, kalau kau meminta untuk berhenti peduli, aku tak ingin menuruti. Sebab salah satu harapanku adalah melihatmu bahagia. Kau tak perlu tau, bahwa dalam do’aku selalu terselip permintaan agar bahagiamu di kekalkan. Kau tak perlu tau, bahwa di setiap kesempatan kita tertawa bersama aku bersyukur pada semesta karena telah dipertemukan dengan manusia istimewa. Dan kau tak perlu tau, hari-hari dan malam-malam yang ku lalui dengan rindu yang menyakitkan. Rindu yang tidak bisa diungkapkan.

Setelah keras kepalaku yang tidak ingin berhenti menyayangimu, akhirnya ada yang menyadarkanku. Bahwa menyayangi adalah memberi. Dan pada hakikatnya, memberi tak pernah menanti balasan. Harusnya aku menyayangimu tanpa pernah berpikir kau akan menyayangiku kembali. Harusnya aku merindukanmu tanpa pernah berpikir kau akan merindukanku kembali. Aku ingin menyayangimu tanpa tapi, tanpa tepi, tanpa pernah berharap untuk memiliki.

Suatu saat nanti, biarkan waktu yang memberitahumu. Bahwa aku pernah di sini, di belakang punggung tegapmu. Memandangmu penuh arti, mengharapkan segala kebaikan dianugerahkan kepadamu. Menyayangimu dengan tulus dan hati yang ikhlas.

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang