Ada

69 4 0
                                    

Ada, yang dalam diamnya mendo'akan semoga hari-harimu bahagia. Ada, yang dalam percakapannya menyelipkan harapan semoga kamu selalu baik-baik saja. Dan ada, yang di balik tawa dan ledekannya menaruh pinta, agar duniamu selalu tentang ceria dan suka cita.

Ada orang yang dekat, namun hanya berani memandangmu dari jauh. Ada orang yang jauh, namun tidak berhak mengubah jarak menjadi dekat. Kadang kala, sadar atau tidak sadar, ada sekat yang menggaris lekat. Memutus jarak. Membatas tempat. Mendorong, mengurai dan menahan agar kita tetap menapak letak.

Ini bukan tentang cinta. Terlalu kekanakan bila setiap hubungan harus diterjemahkan dalam bahasa sesingkat satu kata yang berakhiran alfabet urutan pertama.

Hubungan pertemanan memberikan definisi dari banyak dimensi. Dalam, bak belantara. Lepas, bak samudera. Jika hidup adalah tentang pilihan tiada henti, maka pertemanan pun bergantung pada sisi mana kita memilih untuk berdiri. Dan karena sejatinya hidup adalah tentang diri sendiri, di sisi itu kita harus berani berdiri tanpa ada seseorang pun yang menemani.

Dia paham akan ini. Namun untukmu, ia rela membersamai sepi. Sekalipun sepi, kadang tak berperi.

Suaranya tak terdengar, hilang dari radar. Tak mampu menjangkau ranah kuasamu. Jika nanti bukan kamu yang mengetahui, cukup semesta yang memahami. Bukan posisi yang ingin ia isi. Melainkan tentang ketulusan hati. Mengaminkan kebaikan pada seseorang yang bahkan tidak kau lihat setiap hari.

Benar, jika ada yang berkata bahwa manusia menyimpan banyak rahasia. Bagi dia, bukan banyak lagi. Bahkan setiap jejak yang ia tapak, setiap kata yang ia ucap dan setiap tawa yang ia lepas, menyimpan banyak makna dan bagian-bagian rahasia. Menutup fakta, agar tidak ada yang menaruh curiga. Sebab manusia kadang suka melebih-lebihkan terhadap apa yang ada. Dan ia tidak suka.

Kamu. Sedihmu mampu membawakannya pilu. Jarakmu mampu membuatnya mencari titik temu. Dimana kamu?

Ia hanya perlu melihatmu baik-baik saja. Masih tersenyum seperti biasanya. Masih mampu tertawa melepas beban yang mungkin saja ada. Masih bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitarmu saja. Dan ia, sudah bisa dipastikan tersenyum lega. Lalu berterimakasih pada semesta.

Ia adalah pemimpi tanpa nyali. Berani mendo'akanmu tanpa henti. Namun tidak, untuk meminta dirinya menemanimu di suatu sisi.

Untukmu, dari seseorang yang dipeluk sepi.

Bima Sakti, 2019.

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang