Desember

10 1 0
                                    

Halo, Desember.

Akhir-akhir ini, hari-hari berlalu begitu cepat. Aku bahkan tidak bisa merasakan perpindahan waktunya. Di beberapa waktu yang sepi, aku menunggu hujan turun. Tidak perlu lebat, gerimis kecil saja sudah cukup rasanya.

Air yang jatuh tanpa pernah mengeluh sakit itu selalu saja bisa memeluk hati yang kesepian ini dengan tenang. Tidak perlu bersuara untuk mengatakan bahwa ia selalu ada. Bukankah seperti itu cara menyukai seseorang paling sederhana? Sesederhana mata seseorang yang selalu menampakkan jiwanya yang rapuh. Jiwanya yang selalu ingin aku lindungi.

Tapi fakta tersedihnya adalah, beberapa orang memang hanya ditakdirkan untuk disukai lewat jarak, bukan dimiliki tanpa sebab.

Aku tersenyum samar ketika menulis ini. Karena kau ada disini, masih berputar-putar di sekitar orbitku. Aku bahkan masih bisa melihat dengan jelas punggung tegapmu.

Kau lahir di bulan yang sama kan? Aku tidak heran, jika hatimu sama dinginnya dengan hari-hari di bulan ini.

Setelah hari itu, bumi terasa sempit. Yang ku lihat hanyalah jalan-jalan yang pernah kita tapaki bersama. Yang ku temui hanyalah ruang-ruang tempat tawa kita pernah menggema disana. Yang membuatku diam selalu saja sikap-sikap orang lain yang menyerupai kebiasanmu.

Sebenarnya aku tidak apa-apa dengan perasaan. Hanya saja, selain perasaan, pikiranku turut membawa kenangan. Ini selalu saja membuatku menertawakan diri sendiri, bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu seutuhnya?

Jika nanti kau bertemu eris milikmu, jangan lupakan aku, pluto yang pernah mengorbitmu.

Kau memang tidak pernah memintanya, tapi aku tidak bisa berpaling. Itu jawaban terjujur dariku, jika suatu saat nanti kau menyalahkanku atas semua kesedihan yang ada.

Semoga di tahun selanjutnya, bahagia bisa lebih menghangatkanmu.

Semoga kita bisa berbahagia, tidak perlu sebahagia dulu. Cukup berbahagia dengan luka yang sama-sama sudah mereda. Cukup berbahagia dengan aku yang sudah lega ketika melihat mata rapuh milikmu. Cukup berbahagia dengan aku yang sudah sadar bahwa, "akhirnya kamu bahagia dengan langit yang memang ditakdirkan untukmu".

Terima kasih untuk beberapa genggaman yang menguatkan. Untuk beberapa tatapan mata yang menghangatkan. Bunga musim dingin ini bisa bertahan dengan sendirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang