Pupus

23 2 0
                                    

Akhirnya ada yang menyadari, bukan dia yang kau butuhkan di sisi, atau di pagi hingga malam di tiap hari-hari. Tapi maaf, maukah kau meluangkan waktu sebentar saja? Untuk membaca pengakuannya, manusia biasa yang menggenggam rasa-miliknya.

"Aku senang mengenalmu, sangat senang bahkan. Mata jujurmu adalah favoritku, setelah itu ekspresi tertawamu. Dua hal yang aku suka dari dirimu.

Kalau boleh jujur, adalah kebiasaan ku memandangmu, melihat bagaimana kamu berbicara, bercanda, melihat bagaimana pergantian ekspresimu, aku menikmatinya, percayalah. Semua itu mampu membuatku mengulum senyum. Senang.

Aku suka memperhatikan hal-hal kecil tentangmu. Sesederhana merapikan sweatermu yang kau letakkan sembarangan, atau kacamatamu saat kita punya perjalanan malam. Aku suka cara kita berbagi smartphone dan membuat orang lain bingung dengan sikap kita berdua.

Aku senang menikmati waktu bersama denganmu, sekalipun bukan berdua. Itu sudah cukup bagiku.

Aku menikmati rasa peduliku padamu, meskipun aku tau kau sedang menyukai seseorang, yang bahkan sering kau sebutkan namanya di depanku.

Aku senang mendengar suaramu, meskipun kau jarang sekali berbicara kepadaku.

Aku senang mendengar tawamu, meskipun bukan aku yang membuatmu tertawa.

Aku terlalu penasaran, bagaimana warna dunia di matamu? Bagaimana kamu menerima perbedaan warnanya? Bagaimana kamu bahagia dengan semuanya? Meskipun aku selalu berpikir, kamu tidak selalu baik-baik saja.

Aku terkadang bingung, di beberapa waktu kamu tiba-tiba menjadi dingin. Di beberapa waktu kamu tiba-tiba lebih hangat. Entah bagaimana kamu mengaturnya.

Aku terkesan dengan dirimu, pekerja keras, bisa melakukan apapun, hati yang baik, sekaligus menutup beberapa pintu untuk orang-orang tertentu.

Matamu dingin, lemah, tapi kamu bisa menyelesaikan banyak hal. Kamu juga bukan penyemangat di setiap waktu. Dan aku menyukai semuanya, dengan sadar.

Terkadang aku harus bertarung dengan egoku, terus mempedulikanmu atau berhenti. Terus mempedulikanmu meskipun kau tidak pernah tau atau peduli.

Aku berulang kali ingin menutup mata, belajar untuk tidak peduli dan menghindarimu. Tapi tetap saja, aku selalu kembali kepadamu. Selalu memilih bertahan dan berjuang dengan caraku.

Terlalu sulit rasanya memalingkan atensiku darimu. Kamu seperti punya ruang tersendiri, yang masih belum bisa aku putuskan macamnya.

Yang aku inginkan sederhana, sesederhana aku yang ingin menjadi matamu untuk melihat warna dunia yang sebenarnya. Sesederhana aku yang ingin tanganku lah yang kau genggam saat menyusuri dunia. Sesederhana aku yang ingin menjadi rumah tempatmu pulang jika nanti kamu dipatahkan oleh dunia dan segala kenyataannya.

Tapi jelas, itu hanya keinginan sepihak dariku. Menyayangi tidak boleh egois, aku paham akan hal itu.

Dear someone, semoga seseorang yang kau perjuangkan dalam do'a juga menyebutmu dalam do'anya, semoga. Siapapun yang berada di sisimu nanti, semoga ia tidak banyak bicara sepertiku dan selalu memperhatikan hal-hal kecil tentangmu, seperti melipat sweatermu, menyimpan kacamatamu, atau membantumu mengerjakan sesuatu. Sudah ku bilang belum, aku suka nama belakangmu. Dan, semoga bahagiamu dikekalkan semesta.

Dari manusia biasa, yang selalu rindu padamu".

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang