Chapter 16

144 23 6
                                    

Narnia belongs to CS Lewis and Peter Pan belongs to JM. Barrie⚔️🧚🏻

Happy reading!

—————

Wendy sedang mengerjakan tugasnya di perpustakaan, lagi-lagi saat keluar kelas sejarah tadi, Edmund memberikan secarik kertas kecil untuknya.

Kau cantik sekali hari ini! Sungguh! Aku tidak berbohong, tulis Edmund dalam pesan pendeknya, Wendy hanya tersenyum kecil membaca kertas itu.

"Hai! Kau Wendy Darling ya?"

Wendy menoleh ke arah suara tersebut, ternyata itu adalah Gisele Howle. Perempuan cantik itu tersenyum ke arahnya, dan menduduki kursi di samping Wendy.

Entah kenapa Wendy mempunyai perasaan buruk akan hal ini, namun ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Aku Gisele Howle, salam kenal".

"Uh... hai".

"Jadi... kau berpacaran dengan Edmund ya? Sudah berapa lama?"

Wendy benar-benar tak bisa menjawab satu pertanyaan pun dari Howle.

"Maaf, maaf, oh astaga, aku lancang sekali! Dia itu orang yang tertutup sekali".

"Mhm", Wendy hanya mengangguk kecil.

"Kau harus tahu Darling, Edmund merupakan orang yang sangat baik. Dari pertama kami mulai sekelas, dia selalu bersedia menjadi tutor privatku, bahkan dia hampir selalu menawarkan diri".

Jantung Wendy berdebar kencang, ia... ia cemburu mendengar perkataan Howle, namun ia hanya menyembunyikan itu semua dibalik senyumnya.

"Nanti sore, aku akan belajar lagi bersamanya!" Omongan Howle terhenti saat ia menatap Wendy, "Oh, um... Edmund pasti sudah memberitahu dirimu kan?"

Wendy menggigit bibir bawahnya, "Sudah". Wendy berbohong, Edmund hanya berkata bahwa ia akan menyusul dirinya di perpustakaan karena ada urusan.

"Oh, syukurlah, aku pikir ia tidak bilang kepadamu" kata Howle dengan senyum sumringahnya, kemudian gadis berbibir tebal itu melihat jam tangannya dan berkata kepada Wendy, "Ups, sepertinya sudah waktunya aku ke kelas, dah, Darling! Senang berkenalan denganmu".

Wendy hanya membalaskan dengan senyum dan lambaian tangan. Setelah Howle pergi, mata Wendy mulai basah, ia menahan tangisnya. Ia kembali memikirkan perkataan lampau Maddie, ia takut bahwa Howle memang masih berusaha mendapatkan hati Edmund, dan ia pun juga memikirkan kenapa Edmund tidak jujur saja kepada dirinya? Kenapa ia harus tahu dari mulut orang lain? Terlebih dari Gisele Howle.

Wendy menarik napas dalam-dalam dan menyeka air matanya dan berusaha memfokuskan dirinya kembali ke tugas sekolahnya.

***

"Oke! Sudah tiga puluh menit!" Ucap Edmund kepada Howle.

"Edmund, tapi ini-"

"Howle, kita sudah ada kesepakatan, 30 menit untuk tutor, lagipula aku bukan pengasuhmu, aku punya kehidupan pribadi" kata Edmund sembari membereskan bukunya.

"Apa semenjak kau punya pacar, ia melarangmu mengajarku?" Tanya Howle jengkel.

"Apa? Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Wendy, ini untukmu menjadi lebih baik, jika kau mau". Edmund pergi meninggalkan Howle di ruang catur.

Edmund berjalan menuju perpustakaan untuk menemui Wendy, ia berjanji akan menemui Wendy disana.

Sesampainya di perpustakaan, Edmund menuju ke tempat favorit Wendy, diantara lemari buku. Dan benar saja, gadis cantik itu sedang duduk di lantai membaca buku.

"Hai".

Wendy hanya tersenyum kepadanya dan kembali membaca, Edmund langsung mencium ada yang tidak beres dengan Wendy, senyumnya... sedikit berbeda.

Edmund duduk di hadapan Wendy dan memegang tangannya, "Hei ada apa?"

"Tidak apa-apa".

"Wendy..."

"Um... ngomong-ngomong kau darimana?"

Edmund dapat membaca ini, sepertinya Wendy tahu Edmund habis mengajar Howle, Ed tersenyum kecil, "Aku dari ruangan catur, tadi aku memberikan tutor kepada... Gisele Howle". Wendy hanya membalasnya dengan senyum kecut.

"Wendy, aku tahu harusnya aku memberitahumu, aku hanya takut kau tidak suka, maafkan aku harusnya aku memberi-"

Omongan Edmund terpotong oleh bibir Wendy yang sudah menempel di bibirnya, memberikan ciuman yang lebih dalam, kemudian Edmund mendekap Wendy untuk semakin memperdalam ciumannya.
Wendy melepaskan ciumannya perlahan, dan kemudian berkata kepada Edmund, "Ed, aku tidak apa-apa, sungguh".

Edmund tersenyum kearahnya dan kembali memeluk Wendy, "Aku mencintaimu, Wendy".

***

Sudah satu jam Edmund dan Wendy berada di perpustakaan untuk menunggu jam makan malam, dan seperti biasa, mereka akan duduk di salah satu lemari buku dan membaca bersama. Wendy menyandarkan kepalanya di bahu Edmund dan Edmund mengelus kepala Wendy sambil terus membaca.

Saat Wendy bertanya darimana Edmund, dan ia meminta maaf kepadanya, Wendy merasa bersalah, tidak seharusnya ia curiga berlebihan kepada Edmund. Mungkin kata-kata Howle memang meresahkan dirinya, namun ia percaya bahwa Edmund mencintainya sama seperti dirinya yang mencintai Edmund.

"Hei, sudah mau makan malam, apakah kau mau ke aula besar?" Tanya Edmund sembari mengusap tangan Wendy.

"Boleh, aku rasa teman-temanku sudah menungguku".

Mereka berdua keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju aula besar. "Kau tahu, Wendy, aku ingin sekali makan berdua denganmu di aula besar".

Wendy menyeringai ke arah Edmund, dan Edmund menatapnya bingung, "Kalau begitu jangan sampai kita kehabisan meja".

Wendy merasa wajahnya merona melihat senyum Edmund yang langsung mengembang lebar. Mungkin orang melihat Edmund sebagai pribadi yang dingin, namun itu berbeda ketika ia bersama Wendy.

Mereka masuk ke aula besar dan menemukan meja kosong di ujung pintu. Saat mereka berdua berjalan ke sana, Regina sempat melambai ke arah Wendy, dan Wendy memberi isyarat ia akan makan dengan Edmund, yang langsung dibalas "oke" oleh Regina, begitu pula dengan Edmund.

Mungkin ini hanya sekadar makan malam di aula besar seperti hari-hari biasa, namun dengan Edmund di dekatnya, menjadi makan malam yang berbeda.

—————

Hulaaaa❤️❤️❤️

Chapter 16 sudah di up!!!

Oiya, first of all aku mau terima kasih banget sama kalian yang udah ngevote dan comment, it means a lot to me❤️

thank you banget udah mengapresiasi cerita ini❤️

Oiya, as always, kritik dan saran sangat diterima❤️ kalau mau nanya nanya juga boleh kokkk, tulis di comment aja yaa❤️

Kalau suka cerita ini jangan lupa comment dan vote yaa❤️

Sincerely, autumninterest

Duke of Lantern Waste and Red-Handed JillDonde viven las historias. Descúbrelo ahora