Chapter 22

87 12 1
                                    

Narnia belongs to CS Lewis and Peter Pan belongs to JM. Barrie⚔️🧚🏻

Happy reading!

—————

⚠️ Warning ⚠️ : this chapter is rated semi-M, beware! If you underage, you can skip it.

****

Edmund merasa dari beberapa hari kebelakang Wendy sedikit bersikap aneh kepadanya, gadis itu tidak menjauh tapi tetap merasa berjarak. Walaupun Wendy masih selalu bersamanya saat di perpustakaan ataupun tersenyum saat mereka bertemu dikelas, namun menurut Ed gadis itu sedikit menjauh entah kenapa. Seperti saat ini, mereka berdua berjalan ke hutan kecil di belakang sekolah, rencana yang mereka sudah buat sekitar dua minggu yang lalu. Tapi, sepanjang jalan hingga mereka sampai, Wendy terlihat sedikit diam dari biasanya.

"Oke Wendy, cukup. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Wendy mengeryit dahi lalu berkata, "Apa maksudmu?"

"Aku mungkin memang tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tahu kau sedikit... menjauh dariku".

"Apa? Ed, kau konyol".

"Aku tidak konyol Wendy, aku bisa merasakannya. Kumohon Wendy, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan".

Wendy hanya melihat ke bawah, berusaha menghindari tatapan Edmund kepadanya, sementara Ed hanya terus menatapnya dan menunggu jawabannya, cukup mengintimidasi untuk membuat Wendy membuka mulutnya.

Akhirnya Wendy mulai berbicara, "Aku hanya... berfikir bagaimana saat kita lulus nanti". Wendy berbohong, ia memang memikirkan itu, tapi ia lebih memikirkan tentang mengapa Edmund masih mengajari Gisele Howle dan tidak memberi tahunya. Ia hendak mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya, tapi ia tidak tega.

"Maksudmu?"

"Iya um, kau tahu, aku melihat Maddie dengan pacarnya, ya... kita bisa seperti ini setiap hari karena kita di satu lingkungan yang sama. Namun, saat kita sudah kuliah nanti? Um, aku tahu ini konyol makannya aku tidak mau membicarakannya denganmu". Mereka terdiam dan duduk di bawah pohon Ek.

Edmund tidak berkata sedikitpun, namun ia menarik Wendy dalam pelukkannya dan membelai rambut gadis itu pelan.

Wendy mengeratkan tangannya di pundak Edmund. Wendy menarik napas, dan wangi pohon cemara masuk ke hidungnya perlahan. Ia selalu menyukai wewangian yang dipakai Edmund, menurut Edmund wangi pohon cemara mengingatkan dia kepada Narnia.

Wendy menatap Edmund dan perlahan mencium bibir Edmund amat dalam. Edmund menggeser bibirnya ke pipi Wendy dan berhenti di leher Wendy, ia terus mengecup leher gadis itu perlahan. Napas Wendy mulai berat, jantungnya berdegup kencang. Wendy menjatuhkan dirinya ketanah dan seakan membiarkan Edmund leluasa mencium lehernya.

Ciuman Edmund naik ke belakang telinga Wendy dan membuat tubuh gadis itu menggigil serta napasnya yang makin berat.

Ia menatap Wendy dan kembali mencium bibir ranum gadis itu, dan seakan ingin lebih, lidahnya bergerak mengabsen gigi Wendy teratur.

Wendy mengalungkan tangannya ke punggung Edmund dan menggenggam rambut Edmund gemas saat ciumannya laki-laki itu makin dalam.

Edmund mengakhiri ciumannya dan menatap Wendy, lalu tangannya menuju ke leher Wendy untuk membuka kancing pertama blus putih yang Wendy pakai.

Ed mencium leher Wendy secara gerilya dan bibirnya berhenti di tulang selangka gadis itu, membuat Wendy bersumpah kalau Edmund bisa mendengar degup jantungnya yang semakin kencang.

Duke of Lantern Waste and Red-Handed JillWhere stories live. Discover now