Chapter 6

150 22 1
                                    

Narnia belongs to CS Lewis and Peter Pan belongs to JM. Barrie⚔️🧚🏻

Happy reading!

—————

Di hari sabtu ini, Wendy pergi ke kantor pos sekolah sebelum menemui Edmund Pevensie. Dua hari yang lalu, Wendy mendapatkan surat dari ibunya, ia mengabarkan bahwa tangan ayahnya sudah sangat membaik dan kemungkinan menurut dokter ayahnya bisa kembali bekerja dalam waktu dekat. Tentu saja Wendy sangat senang mengetahui kabar bahagia ini. Mungkin sedikit aneh, disaat sebagian orang menggunakan telepon, Wendy masih suka berkirim surat dengan ibunya. Ia dan ibunya memang sangat suka menulis, jadi saling berkirim surat merupakan hal yang menyenangkan untuk mereka.

Wendy masih ingat betul, saat perang telah selesai dan para laki-laki kembali ke rumah, ayahnya datang dengan luka di pelipis yang di tutupi kapas dan tangan kiri yang di gipsum.

Ibunya menyambut ayahnya dengan penuh senyum, mencium dirinya, dan membantunya ke kamar untuk beristirahat. Wendy yakin ibunya juga sama kagetnya dengan dirinya dan saudara-saudaranya, namun ibunya selalu bisa menjadi yang paling tegar diantara semuanya.

Setelah mengirimkan surat balasan untuk ibunya ke kantor pos, Wendy berjalan menuju aula besar. Ia beralasan kepada Maddie dan Regina bahwa ia ingin membeli buku, dan mungkin setelahnya membaca di cafe. Iya, lagi-lagi dia berbohong, Wendy tidak mau terus menerus di interogasi oleh kedua temannya, jujur itu sedikit mengganggunya.
Sesampainya di aula besar, Wendy menemukan Edmund Pevensie sedang membaca di salah satu meja. Anak laki-laki itu terlihat serius membaca buku itu, seakan masa bodo dengan beberapa anak tahun ketiga yang berbicara cukup berisik. Wendy menghela napasnya, dan ia menghampiri Edmund Pevensie.

Wendy berdehem, Edmund mendongakkan wajahnya dan menoleh ke arah suara itu berasal lalu ia berkata, "Oh, silahkan duduk".

Saat ini Wendy benar-benar tidak tahu ia harus apa. Ia tidak bisa tiba-tiba berbicara tentang Neverland seenaknya saja. Lagipula Edmund kembali membaca bukunya. Ia sedang membaca buku The Hound of the Baskervilles, karangan Arthur Conan Doyle.

Akhirnya Wendy berusaha memecah keheningan, "Jadi kau penyuka karya Arthur Conan Doyle?"
Edmund menoleh ke arahnya dan ia seperti... tersenyum kikuk ke arah Wendy. "Lebih tepatnya, aku penyuka cerita detektif".

"Buku favoritmu apa?"

"Oh... ini dan The Murder of Roger Ackroyd, karya Agatha Christie".

Lalu kali ini, Edmund yang bertanya kepada dirinya, "Kau sendiri suka membaca buku?"

Wendy mengangguk, "Ya, dewasa ini aku sangat menyukai drama periode romantis, dan um... puisi".

"Kau seperti kakak perempuanku, ia sangat menyukai cerita cerita romansa, apa favoritmu?"

Untuk novel, Jane Austen, dan untuk puisi aku sangat menyukai Charles Dickens. Tapi aku ingin membaca karya Emily Dickinson".

Mereka berdua terdiam namun sama-sama tidak bisa menahan senyum dari bibir mereka.

"Darling, apa kau mau bercerita di luar? Di cafe mungkin?"

"Memangnya kenapa disini?"

"Sebenarnya aku ingin membeli camilan dulu".

Edmund melihat raut muka Wendy yang berubah, "Um, tapi... kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku akan membelinya nanti-"

"Tidak apa-apa, lagipula cuacanya sedang baik".

Ya memang benar, cuaca London sedang cukup cerah di musim gugur ini. Jadi mereka berdua akhirnya berjalan ke sebuah toko Turki sebelum ke cafe itu.

Duke of Lantern Waste and Red-Handed JillWhere stories live. Discover now