Chapter 2

233 30 0
                                    

Narnia belongs to CS Lewis and Peter Pan belongs to JM. Barrie⚔️🧚🏻

Happy reading!

—————

"Wendy!" Teriak seorang perempuan berambut merah sambil menenteng kopernya.

"Regina!" Ia menghampiri perempuan itu dan memeluknya.

Mereka berbincang bincang sembari berjalan menuju kamar asramanya.

"Oh astaga Wendy, kita sudah di tahun terakhir, cepat sekali rasanya!"

"Kau benar, dan kau tahu apa yang sedikit membuatku tenang? Tahun ini perang telah berakhir, kita bisa lulus dengan tenang. Sepertinya".

"Ya, kau benar. Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan ayahmu?"

"Yah keadaan ayahku baik, ia hanya masih dalam proses penyembuhan karena tangannya yang patah, yah tapi dia baik, kami semua senang ia dapat pulang dengan sela-" Wendy tidak meneruskan kata-katanya. Ia menyadari apa ia bicarakan, dan ia menoleh ke Regina, gadis itu terlihat sedang menyembunyikan air mukanya yang terlihat sedih.

"Regina, aku tidak bermaksud untuk..."

"Tidak apa-apa" potong Regina cepat, "Yang penting kakakku pulang dengan selamat".

Regina Miles merupakan salah satu orang paling baik yang pernah Wendy kenal, salah satu kebiasaannya kepada semua teman sekamarnya adalah bertanya tentang kondisi keluarga mereka. Bukan bermaksud ikut campur, namun pada saat perang kemarin, menurutnya mendengar kabar bahagia dari orang lain merupakan sedikit penenang untuknya. Namun, ia kurang beruntung, ayahnya merupakan salah satu korban perang yang tidak selamat. Ayah dan kakaknya ikut berperang, namun hanya kakaknya yanh berhasil pulang dengan selamat.

Wendy ingat betul saat Regina menceritakan semuanya saat membalas surat Wendy, surat Regina sedikit robek dibeberapa bagian, bukan tanpa sebab robek itu ada, bagian yang robek itu kertasnya menipis, mungkin mengenai air mata Regina saat ia menulis surat itu.

"Regina, jika kau butuh teman untuk bercerita, aku akan selalu siap menjadi pendengar yang baik untukmu".

"Maafkan aku Wendy, aku hanya terbiasa bertanya seperti itu kepada orang".

"Dan saranku sepertinya mungkin untuk sekarang kau bisa berhenti bertanya".

Regina hanya mengangguk kecil dan merekahkan senyumnya.

***

Mereka tiba di kamar mereka, dan di kamar itu terdapat gadis berambut pirang terang yang sedang memindahkan barang-barangnya dari koper.

"Madeleine!" Pekik Wendy dan Regina bersamaan.

"Wendy! Regina! Oh aku sangat merindukan kalian". Mereka bertiga berpelukkan dengan erat.

Wendy dan Regina langsung memindahkan barang-barang mereka dari koper dan mereka bertiga bergegas segera ke aula besar untuk makan malam.
Saat ia sedang mengobrol dengan Regina dan Maddie —panggilan akrab Madeleine, secara tak sengaja ia ditabrak pundaknya oleh seseorang, yang hampir menjatuhkan nampan berisi Roast Meats milik Wendy.

"Oh maaf" kata orang itu berlalu cepat. Wendy hanya menoleh kearah perginya orang itu sejenak dan kembali berbicara dengan kedua teman sekamarnya.

"Kalian akan mengikuti kelas apa tahun ini?" Tanya Maddie.

"Sejarah, tahun lalu aku tidak ikut, karena kelas sejarah dan sastra jadwalnya bersamaan" jawab Wendy.

"Aku akan mengikuti kelas kimia tahun ini, untuk menjadi perawat aku harus mengambil semua kelas sains. Kau sendiri?"

"Aku juga akan mengambil kelas sejarah tahun ini".
Mereka duduk di meja makan dan mulai memakan makan malam mereka.

"Hmm... Aku sangat merindukan makanan asrama, setidaknya aku terbebas dari masakkan kakakku" kata Maddie sambil mengarahkan garpunya ke Wendy.

"Ih, turunkan garpumu! Kalau masakkan kakakmu tidak pernah enak mengapa ia masih harus memasak?" Sanggah Wendy sambil terkikik kecil, sementara Regina berusaha tidak tertawa karena makanannya masih berada di mulutnya.

"Ia selalu memaksa! Ia selalu berkata, 'tidak apa bu biar aku saja yang membuatnya'. Dan ketika aku mengadu kepada ibuku, ibuku hanya berkata, 'biarkan saja, dia kan lagi belajar memasak, lagipula itu jadi meringankan pekerjaan ibu'. Astagaaa!" Tanpa sadar Maddie berbicara dengan nada suara semakin tinggi dan besar sehingga beberapa orang memperhatikannya dan membuat Wendy dan Regina mati matian berusaha menahan tawa. Mereka kembali melanjutkan makannya, kali ini mereka tidak berbicara, karena beberapa guru sudah mengarahkan pandangannya kepada Maddie.

Sembari makan, Wendy mengarahkan pandangannya ke semua arah, ya, itu salah satu kebiasaan Wendy, entah itu baik atau buruk tapi hampir setiap kali ia sedang makan —khususnya jika ia di asrama, ia akan melihat sekitar.
Pandangannya berhenti di meja makan paling kiri, ada sekelompok laki-laki, sepertinya di tahun yang sama dengannya, sedang berbincang dengan asyiknya. Namun salah satu anak ada yang hanya terdiam mendengarkan. Hey itu orang yang tak sengaja bertabrakkan olehnya, ia hanya melihat sekilas, namun ia tahu persis apa yang dilihat dan diingatnya.

Wendy harus mengakui bahwa anak laki-laki itu cukup menarik, rambutnya hitam legam, kulit putih pucat dengan banyak freckle di wajahnya. Mata coklatnya, mata itu besar dan berbinar. Dan bibirnya, memang tidak terlalu tebal seperti dirinya, namun terdapat garis di tengah bibirnya yang membuatnya terlihat penuh.

Astaga Wendy! Apa yang kau pikirkan, pikirnya dalam hati. Ia menggelengkan kepalanya seakan berusaha menghapus ingatannya tadi. Untungnya tidak ada yang melihatnya bertingkah laku aneh. Cepat - cepat ia kembali fokus pada makanannya dan kali ini hanya menatap makanannya.

***

Sesudah mereka makan, mereka bersiap untuk tidur, tahun ajaran baru akan resmi dimulai besok. Itu berarti mereka harus tidur cepat.

Wendy, Regina dan Maddie sudah mengganti pakaian tidur. Selesai berdoa mereka menarik selimut dan segera tidur.

Wendy tidur di dekat jendela, itu artinya ia harus menutup jendelanya sebelum tidur. Sebelum ia menutup pintu ia melihat ke langit malam, mencari bintang yang selalu ia nantikan. Itu dia! Bintang kedua di sebelah kanan, terbang terus lurus hingga pagi, hingga sampai di Neverland. Kadang ia suka berfikir, apakah Peter Pan masih mengingatnya, karena sudah lama sekali ia tak berkunjung, untuk mendengar cerita Wendy, ataupun sekadar menengoknya.

Wendy menutup jendela kamarnya, dan naik ketempat tidur. Ia menarik selimutnya sampai ke dada dan memejamkan matanya, berdoa agar ia bermimpi indah, mungkin bisa bertemu Peter Pan di mimpinya.

—————

Heyho! Chapter 2 sudah di up! Semoga kalian suka yaa❣️
As always! Kritik dan saran sangat diterima❤️

Kalau suka cerita ini jangan lupa comment dan vote yaa❤️

Sincerely, autumninterest

Duke of Lantern Waste and Red-Handed JillWhere stories live. Discover now