16.06. 22 Mei 2005. Lo juga suka kan?

77 11 0
                                    

— 9:50

Sudah pukul 10 kurang 10 dan Alice sudah duduk dikelasnya. Seperti biasa, Narine belum sampai.

Yang ditunggu tidak kunjung sampai, hingga pukul 10 dan dosen sudah masuk. Alice bertanya ke Aye yang duduk disampingnya, apakah Narine memberikan kabar hari ini dan Aye menjawab ia tidak dikabari apa apa oleh Narine.

Oh, mungkin Narine sakit. Bisiknya dalam hati.

— 14:00

Perkuliahan sudah selesai. Selesai kuliah hari ini, Mook dan Aye pamit berpisah dan Alice melanjutkan perjalanannya ke kosan. Ia belum makan siang dan berencana untuk membeli nasi bungkus di warung dekat kosannya.

Saat berjalan menuju kosannya, Alice melihat seseorang tidak asing duduk di taman, membelakanginya. Segera Alice menghampiri sosok tersebut.

"Narine" panggil Alice. Dan yang dipanggil menengok. "Lo ngapain disini?" Tanya Alice.

"Nungguin lo"

"Lo kenapa ga kelas?"

Narine hanya mengangkat kedua bahunya. Hari ini Narine rasanya sangat malas untuk masuk ke kelas.

Alice menduduki dirinya disebrang, percis seperti posisi duduk ia dan Arm semalam.

"Gue mau ngomong" ucap Alice. Dan Narine mengangguk.

"Semalem Arm udah ceritain semuanya, tentang kalian. Dan gue minta maaf banget, gue ga tau kalau ternyata kalian udah kenal" ucap Alice menunduk.

"Ngga, lo ga salah. Gue kesini mau minta maaf karena kemarin gue menghakimi lo gitu aja. Padahal lo ga tu apa apa". Ucap Narine.

"Tapi lice" lanjut Narine. "Maaf kalau gue ga bisa jadi Narine yang dulu lagi. Arm cinta pertama gue dan ternyata dia suka sama lo. Gue ga punya banyak muka buat ngadepin lo dan Arm. Gue malu".

"Gue sama Arm ngga ada apa apa kok. Lo boleh deketin Arm. Mungkin kemarin dia nolak lo karena kalian belum deket?" Mendengar jawaban tersebut, Narine memberikan senyum sinisnya.

"Gue? Ga deh Lice." Jawabnya. "Lo juga suka kan sama Arm?"

Mendapat pertanyaan itu, Alice hanya diam. Ia tidak tau atas perasaanya sendiri sebenarnya. Alice baru kenal Arm, belum sampai seminggu. Tapi Arm sudah bisa membuat Alice merasa nyaman.

Narine menunggu jawaban Alice, namun Alice seperti membisu.

"Oke. Gue pulang ya. Jangan sia-siain Arm. Dia orangnya baik kok" Kemudian Narine bangkit dari kursinya, pergi meninggalkan Alice lagi.

Pertanyaan terakhir dari Narine terngiang-ngiang di otaknya. Apa iya ia sudah menyukai Arm. Perkenalannya sangat singkat, dan Alice belum mengenal Arm dengan baik.

Begitu juga dengan Arm, bagaimana ia sangat yakin dengan Alice.

Alice menyenderkan tubuhnya ke kursi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah dia harus memilih Narine atau Arm. Atau harus merelakan keduanya. Alice tidak tahu, ia hanya mengacak rambutnya.

Dan lagi, Alice melewatkan makan siangnya dan lebih memilih untuk kembali ke kamarnya.

Married (END)Where stories live. Discover now