28. 21 Desember 2020. Salah Paham.

192 10 0
                                    

— 09:42

Tay masuk ke ruangan Arm dengan kasar, Arm hanya melirik dari balik meja kerjanya.

"Pusing gue Arm"

"Kenapa sih pagi-pagi" Akhirnya Arm menggubris Tay yang sudah menekuk muka di sofa ruangannya.

"Pagiiiii" ucap Off setibanya di ruang Arm. Hari ini ada yang ingin Arm bicarakan sehingga mereka akan rapat dadakan di ruangan Arm.

"Kenape muka lo lecek banget. New lupa nyetrika apa gimana?" Tanya Off yang melihat Tay sedang menekuk mukanya di sofa.

"Tau tuh dateng dateng langsung cemberut" saut Arm.

"Nanon. Kemarin dia izin pergi lagi, mau nemenin seniornya ke acara ulang tahun temennya katanya. Terus gue bilang jangan pulang malem-malem, eh dia sampe rumah jam 11"

"Terus lo marahin dia?" Tanya Off yang saat ini sudah duduk di sampingnya.

"Mau gue marahin, sama New di tahan karena Nanon udah nangis duluan"

"Coba deh lo ajak ngomong baik-baik anak lo. Kalau sikap lo kaya gini, yang ada Nanon makin jauh sama lo. Dia malah makin tertutup, malah nanti jadi ngumpet-ngumpet karena takut Daddynya marah. Lo belum tau kenapa dia pulang malem, tapi lo udah mikir yang nggak-nggak" ucap Arm.

"Bener kata Arm. Lo ga bisa Tay terus terusan jadi orang tua yang over protective kaya gini. Gue tau kok lo khawatir, tapi seharusnya lo bisa lebih percaya sama anak lo sendiri"

Dalam diam, Tay sebenarnya memikirkan kata-kata yang temannya ucapkan. Semalam, ia sudah keburu kesal karena untuk pertama kalinya Nanon mengingkari janjinya. Bahkan Tay sampai tidak mau mendengar alasannya.

"Yaudah ntar gue ajak ngomong anaknya" ucap Tay setelah diam beberapa menit.

Sikap Tay saat ini adalah bentuk dari kekhawatiran ia terhadap anaknya yang sudah mulai beranjak remaja. Tay tidak mau Nanon untuk mengenal cinta atau bahkan patah hati diumurnya yang masih kecil ini. Ya, Tay selalu menganggap Nanon adalah anak kecil.

Padahal, tanpa disadari Nanon sudah beranjak dewasa, dan seharusnya Nanon sudah tau mana yang baik dan buruk untuk dirinya.

— 11:56

Sekolah Nanon.

Bu Mei sudah keluar dari kelas, masih ada 4 menit sebelum bel istirahat makan siang berbunyi.

"Kantin ga?" Tanya Chimon menengok ke belakang, pada Non dan Pat yang duduk di belakangnya.

"Ayo" jawab Pat.

"Ayo Win" Chimon tidak lupa mengajak teman sebangkunya, Phuwin untuk ke kantin. Dan Phuwin mengangguk.

"Gue engga" jawab Nanon kemudian menungkup mukanya dengan tangannya.

Chimon, Pat dan Phuwin yang sudah siap bangun dari kursinya seketika duduk kembali setelah mendengar jawaban Nanon.

"Lo kenapa?"

Nanom kembali menegakan kepalanya "Mon. Gue pulang boleh ke rumah lo dulu ga? Atau gue nginep seminggu gitu di rumah lo boleh ga? Eh jangan seminggu deh hmmm sebulan. Iya sebulan. Pasti setelah sebulan udah baik-baik aja"

"Atau gini. Gue seminggu di rumah Mon. Terus seminggu di rumah Pat. Seminggu di rumah Phuwin. Arghhhh" Non mengacak rambutnya kesal.

"Ayo ceritain di kantin. Gue laper. Gue bilang Papa ya lo ga mau makan siang" ancam Mon.

"Iye iye" akhirnya Nanon mau untuk pergi ke kantin bersama ketiga temannya.

Sesampainya di kantin, mereka ber 4 langsung mencari kursi kosong untuk makan siang. Mon dan Phuwin yang bangun untuk memesan makanan, Non dan Pat bertugas menjaga meja.

Married (END)Where stories live. Discover now