3. 1 February 2006. Alice's House

390 36 0
                                    

— 11:09. "Mau dikasih makan apa?"

Saat ini suasana begitu tegang, Alice dan Arm sedang duduk bersimpuh dilantai, didepan kedua orang tua Alice yang duduk di Sofa kayu tua, di ruang tamunya.

"Mau dikasih makan apa?" Tanya Bapak dengan nada tinggi, memecah keheningan yang sudah berlangsung sekitar 1 jam itu. Arm dan Alice hanya menunduk, entah memikirkan jawaban yang tepat atau karena rasa takut yang menggerogotinya saat ini.

"Bapak ini lagi nanya, mau dikasih makan apa? Kenapa diam? Bapak lagi ajak kalian bicara" Nada suaranya semakin tinggi, dan bergetar. Mendengar itu, Alice menjatuhkan dirinya untuk duduk bersila, menangis sejadi jadinya. Meminta maaf terus menerus kepada Bapak yang sedari tadi berusaha untuk tidak menatap anaknya.

Arm disebelahnya hanya ikut menangis, namun mencoba menahan tangisan itu. Bertahan sekuat mungkin untuk tidak ikut terjatuh. Tidak, mereka berdua tidak ada yang berani untuk mencoba menguatkan satu sama lain. Keduanya dirundung merasa bersalah, merasa telah menghianati kepercayaan orang tuanya.

Ibunya sudah tidak tahan melihat anaknya menangis meronta ronta sambil mengucapkan maaf, dan kemudian ikut duduk disamping Alice dan memeluknya. Mengatakan semua akan baik baik saja, semua pasti ada jalannya.

Bapak? Tidak sekalipun melirik ke Alice yang sedang menangis dipelukan Ibunya itu. Matanya dipandangkan keluar pintu, telinganya ia coba tutup sekuat tenaga. Sebenarnya, mana ada orang tua yang tega melihat anaknya menangis seperti itu?

Arm yang sedari tadi mencoba menghapus air mata dengan kaus panjangnya, tiba tiba merangkak maju dan menyentuh dengkul Bapak. "Pak, Arm akan kerja cari uang untuk Alice, apapun caranya apapun pekerjaannya. Arm akan terus berusaha biar Alice sama anak kita bisa hidup dengan baik. Arm janji, ga ada 1 hari pun Alice merasa kelaparan, begitu juga anak kita. Arm janji pak, Arm janji" Tangisnya pecah, seraya menjatuhkan kepalanya ke lutut Bapak yang bergetar.

Hari itu, hari dimana ke empat orang yang sedang duduk di ruang tamu itu menangis bersama. Alice yang menangis dipelukan sang Ibu, dan Arm yang menangis di lutut sang Bapak.

Married (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora