chapter 10 : mysterious Jeno

375 41 0
                                    

Jeno menenangkan Jaemin untuk tetap tenang soal perkataan yang baru saja dilontarkan oleh kedua teman sepergeng-an Jeno. Dia tidak peduli dengan dua sahabatnya sekarang , ia peduli dengan saudarinya yang menggigil kedinginan, aneh. Tubuhnya juga sedikit panas. Lalu Jeno memberikan jaket besarnya kepada Jaemin. Berkali kali memperiksa keadaan wajah Jaemin, benar ia sangat panas.

" Pegangan " kata Jeno menyuruh Jaemin untuk melingkarkan tangannya di tubuh Jeno.

" Kenapa?" Tanya Jaemin lemah

" Kamu sakit, aku gendong sampai apartemen " ucap Jeno lalu cepat cepat menggendong tubuh saudarinya di bagian punggung miliknya. Jaemin sangat kurus, jadi walaupun kau gendong, rasanya tidak akan berat karena lebih berat beban hidupmu.
Perjalanan menuju apartemen kurang lebih memakan waktu sampai dua puluh menit, memang sangat jauh kata siapa dekat. Kadang Jeno suka naik bis, tapi kali ini kendaraan sepi sekali, jadi terpaksa dia harus menggendong saudarinya sampai apartemen dengan begitu jauh. Lelah, memang sangat lelah.

Malam begitu sunyi, tidak ada suara yang menemani setiap langkah jalan, hanya ada suara deru mesin dari tranportasi beroda empat yang kian suaranya tak begitu nyaring. Jaemin tertidur didalam rangkupan Jeno. Matanya sangat cantik, dengan bulu mata yang berderet menghiasi kelopak mata. Kami belum pernah menjelaskan soal hal yang dirumah sakit? Ingat bukan. Jaemin pernah mengatakan bahwa kami pernah tinggal di halte bus atau diluar jalan. Itu karena Jeno yang kehabisan uang untuk biaya perjalanan menuju apartemen, jangan bilang kami anak susah dan hidup miskin ya, kami cuma tidak mampu.

Tetapi dunia tidaklah selalu seburuk yang kau bayangkan, setiap hal pasti ada alasan dibaliknya, contohnya saja mama yang selalu membanding bandingkan diriku dengan kakak pertama dan kedua yang sekarang jejaknya hilang entah kemana. Mama menginginkan aku supaya menjadi anak yang sempurna di mata keluarga. Aku mungkin tidak sesempurna yang mama ingin, tetapi aku punya seseorang yang wajib kujaga sampai akhir, bukan telapak kaki surgaku tetapi lelaki yang sedang menjadi rangkulan ku sekarang. Biarlah dia berisitirahat sejenak dari maraknya dunia. Ini tidak mudah bagi kami.

Apartemen yang sekarang kami tinggali sudah menjadi kecukupan yang wajib kami berdua syukuri. Tinggal di tempat yang masih layak ditinggali merupakan hal yang sederhana bagi seorang Jeno dan Jaemin. Walaupun kesusahan ekonomi, Jeno tidak pernah menyerah dan selalu berambisi untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang sebaik mungkin untuk mencukupi hidup.

Sesampainya disana aku menurunkan Jaemin dan menaruh tubuhnya yang begitu kurus di atas ranjang tempat tidur, lalu mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh Jaemin yang begitu panas. Cepat cepat berlari menuju dapur untuk mengambil sebuah makanan yang ada disana, beruntung masih ada sisa ayam tadi yang dibungkus karena kelebihan. Ayam itu aku masukkan lagi ke dalam microwave supaya hangat kembali. Mengambil obat obatan yang ada didalam lemari.

" Jen, maafkan aku" ucap Jaemin lemas dan lesu tidak berdaya

" Minta maaf untuk apa na?" Jeno bingung menarik kedua alisnya

" Ini semua salahku, aku sakit dan kamu harus merawat diriku "

" Tidak, jangan mengatakan hal seperti itu, ini kan sudah menjadi kewajiban ku sebagai seorang sahabat, aku sudah seharusnya  menjadi orang yang merawat kamu" jawab Jeno

" Lalu bagaimana dengan nasib Taeyong dan Felix? Kamu pasti malu karena berteman dengan anak tuli sepertiku " ujarnya

" Mereka cuma bayang bayang yang menghalangi jalan persahabatan kita, jangan mempedulikan perkataan orang lain na.... Tuh kan pasti gara gara Chenle nih kamu sakit gara gara bantuin dia, itu anak maunya apasih suka pamer kekayaan tapi Cemen banget jadi anak " Jeno mengalihkan pembicaraan

" Hahaha, tidak kok, aku memang kasihan saja padanya, ngomong ngomong kamu suka ya dengan Karina?" Tanya Jaemin sambil sekali sekali tersenyum kepada Jeno

You | Lee Jeno ✓Where stories live. Discover now