chapter 28 : a past

198 20 0
                                    

" Jeno apa yang kamu pikirkan."

Doyoung berucap didepan sang adik. Daritadi Jeno hanya diam tanpa bicara. Jeno teringat akan suatu hal yang sebelumnya pernah ia katakan kepada seseorang. Entah siapa itu orangnya, yang jelas pikirannya sedang benar benar kacau. Jaemin duduk disampingnya, sengaja beralih pandangan ke samping supaya tidak menganggu pandangan Jeno.
Jeno sendiri sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang. Bahkan ia sendiri ceroboh karena sudah mengatakan hal  yang tidak semestinya ia katakan.

" Bagaimana belajar kalian tadi disekolah?" Tanya Doyoung sembari menyetir  mobilnya.

" Benar benar–"

" Ah kami baik baik saja Hyung." Jaemin mengela pembicaraan. Ketika Jeno ingin menjawab pertanyaan sang Kaka, laki laki yang duduk disampingnya justru mengatakannya lebih dulu.

Doyoung tahu Jaemin berbohong. Dari aura bicaranya saja, Jaemin seperti menyembunyikan sesuatu tetapi ia memang sama sekali tidak pernah bercerita, soal masalah yang dihadapinya disekolah. Begitupun dengan Jeno, yang biasanya akan bicara banyak hal soal Jaemin, kali ini lebih memilih untuk diam. Doyoung mempunyai firasat buruk, bila maksud kedatangan Suho tidak menimbulkan suatu yang baik.

" Apa kalian lapar?" Doyoung bertanya sekali lagi.

" Tida–"

" Iya kami lapar." Kali ini Jeno yang menjawab.

Jaemin menatap Jeno pelan, ia memberikan isyarat untuk tidak usah makan siang bersama Doyoung. Tetapi Jeno mengelak dan membalas tatapannya dengan kasar.

" Baiklah, aku akan mengajak kalian berdua untuk makan jajangmyeon." Kata Doyoung.

Begitu kembali menanyakan sekali pertanyaan untuk mengajak kedua adiknya untuk makan siang. Doyoung juga merasa mereka sedang tidak beres. Entah itu masalah pertemanan atau sekolah, ia merasa dirinya perlu bicara. Bagaimana mungkin ia akan mendiamkan adiknya begitu saja bila dilanda suatu masalah. Doyoung sudah mengenal sifat dari adik adiknya yang egois, keras kepala seperti Jeno.

Jaemin yang punya kepribadian introvert hobi menyendiri, jarang bicara dan lebih sering membaca buku didalam ruangannya. Doyoung tahu semua, ia sangat mengenal adiknya. Ketika mereka berdua sedang bertengkar, mereka akan jauh jauhan. Lalu setelahnya akan kembali berbaikan. Namun karena umurnya sudah jauh lebih dewasa dan tidak lagi mempunyai kepribadian seorang kekanak-kanakan. Jeno tumbuh jauh lebih keras kepala dibanding yang dulu.

Setelah berjam jam menerjang kemacetan yang terjadi di lalu lintas. Doyoung segera memakirkan mobilnya didepan sebuah restoran tradisional Korea. Tempat ini sangat terkenal, sudah lama berdiri dari tahun sebelum mereka lahir. Tempatnya tidak semewah restoran bintang lima. Tapi tempat ini mengingatkan tentang nostalgia dimasa lalu.

Doyoung menyuruh Jaemin dan Jeno untuk segera turun dari mobilnya lalu langsung memesan makanan didalam. Toko ini seperti sebuah kedai. Pegawai dan karyawan nya saja sudah berlanjut usia. Rambut putih menyeringai panjang di setiap helai sang penjaga kasir. Disaat ketiganya sudah masuk kedalam, semuanya tampak mengangguk dan menghormati Doyoung. Walaupun umur mereka sangat jauh berbeda.

Doyoung dan Suho, dua pemegang perusahaan ini memang terkenal di Korea. Semua orang yang tinggal tahu mereka. Donghae memang dikenal sebagai seorang ketua dan pemimpin yang baik, tetapi sayangnya di umurnya yang ke tiga puluh, ia harus tewas ditangan seorang Kepala Jung. Sedihnya lagi, Kepala Jung bahkan tidak bertanggung jawab sama sekali soal masalah kematian ayah mereka, dan menyewa seluruh kepolisian daerah untuk menutupi kasus pembunuhan ini.

" Tuan Kim, apa yang anda ingin pesan?" Pelayan tersebut menanyakan menu kepada Doyoung.

" Saya ingin  pesan jajangmyeon untuk tiga orang, oh ya satu lagi saya pesan satu Soju." Jawab Doyoung sambil meninggalkan selintas senyuman kepada sang pelayan. Benar benar ramah.

You | Lee Jeno ✓Where stories live. Discover now