chapter 27 : promise

227 24 0
                                    

Hari itu, perempuan berambut lurus panjang itu kabur dengan kondisi sedih berkat kakak perempuannya yang baru saja datang ke sekolah. Gadis ini kabur ke tempat biasanya, jelas bukan ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya yang terbaring kritis. Melainkan gadis itu pergi menuju taman yang biasa ia pakai untuk menghabiskan waktu.

Karina tidak bawa buku novel ataupun buku cerita panjang kali ini. Ia datang hanya untuk menjernihkan pikirannya supaya tenang. Aliran air yang mengalir di dekat taman membuatnya dapat merileksasikan pikirannya yang benar benar pusing. Gadis itu hanya ingin menangis sambil menundukkan kepalanya di bawah sebuah pohon tua tempat dirinya bersandar.
Sebenernya ia ingin sekali berniatan untuk kabur. Namun ia bingung, kemana ia harus pergi untuk menghindar dari ini semua.

Ketika perlahan air matanya mulai jatuh mengenai area wajahnya yang putih. Ia menangis dengan tersedu sedu. Tidak banyak orang yang memperhatikan nya karena taman ini merupakan tempat yang sepi pengunjung dan jarang dikunjungi banyak orang. Tempat ini akan ramai ketika hari hari libur saat pagi hari dan menjelang malam hari, karena mempunyai suasana yang dikenal tenang.

Tiba tiba saja ada seseorang yang menghampirinya. Wujudnya berupa seorang wanita tua yang dikatakan sudah berumur lanjut usia. Wanita itu menawarkan sebuah minuman kepada Karina dengan maksud baik.

" Permisi anak muda, mengapa kamu menangis?" Katanya pelan sambil mengelus bagian punggungnya.

" Terimakasih atas minumannya." Karina hanya mengangguk sopan dan pelan, kemudian mengusap sebagian air matanya yang telah jatuh.

" Bolehkah aku duduk disini?" Tanyanya membungkuk.

" Tentu saja, silahkan." Jawab Karina, tubuhnya sedikit menggeser supaya wanita tua itu bisa duduk disampingnya.

" Gadis cantik sepertimu mengapa bisa menangis? Aku memperhatikan mu dari sudut sana, sepertinya kamu sedang bersedih." Wanita itu sesekali mengajak Karina untuk bicara. Sejujurnya Karina tidak ingin bicara pada siapapun. Wanita itu sangat mengganggunya. Karina sedang butuh waktu sendiri untuk sejenak menenangkan pikirannya. Tetapi ia menghela nafasnya dan berusaha agar bisa menjawab pertanyaan dari wanita yang lebih tua darinya.

" Maaf, tapi saya sedang butuh sendiri. Terimakasih atas bantuan anda sebelumnya." Caranya bicara benar benar sopan dan menggambarkan seorang anak yang penuh tanggung jawab.

" Ah begitu ya, saya minta maaf. Ngomong ngomong kamu tinggal dimana?"

" Saya tidak punya rumah." Jawabnya berbohong. Karina hanya tidak ingin pulang ke rumahnya.

" Kalau begitu, apakah kamu berkenan tinggal dirumah saya?" Tawarnya dengan hati yang tulus.

" Astaga, tidak usah, saya tidak mau merepotkan anda. Saya akan cari rumah tinggal sendiri." Balasnya

" Sama sekali tidak merepotkan, tetapi jika kamu tidak mau saya tidak akan memaksa." Katanya lalu berdiri meninggalkan tempat. Karina yang tadinya sempat ingin menangis, memberanikan diri untuk berbicara kembali kepada wanita tua itu.

" Tunggu, apa boleh saya tinggal dirumah anda dalam waktu sementara?" Katanya.

" Tentu saja, saya adalah orang baik. Kamu jangan takut, karena saya sendiri mempunyai satu cucu dirumah. Siapa tahu kamu bisa mengajaknya bermain." Wanita itu tersenyum lalu mengajak Karina untuk pergi ke rumahnya.

Dari tampilannya, wanita tua itu memang tidak tampak seperti seorang yang mencurigakan. Jelas dari sifatnya yang tulus dan baik, menunjukkan  bahwa dia adalah seorang yang baik hati.  Wanita tua itu bahkan menawarkan minuman ketika tadi ia bersedih. Berjam jam keduanya melihat banyak kendaraan dari lalu lintas berlalu lalang. Sebut saja si nenek.

You | Lee Jeno ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant