chapter 29 : last but not least

272 24 0
                                    




" Aku harus segera bicara padamu sekarang!" Doyoung yang telah memasuki area perkantoran, terlihat sangat emosi.

" Tunggu, bisakah kau tenang? Ini adalah tempat umum yang dimana semua orang akan tahu." Suho berdecak, ia mencoba untuk meluruskan permasalahan bersama Doyoung.

Doyoung sama sekali tak habis pikir dengan segala rencana yang telah Suho perbuat kepada adik tirinya sendiri. Dibalik itu, bahkan Suho tidak pernah mengakui kesalahannya, bila perbuatannya justru salah. Hanya karena masalah kekuasaannya yang lebih tinggi, bukan berarti Suho bisa berlagak seenaknya. Suho menyuruh Doyoung untuk masuk kedalam ruangan kantornya yang mempunyai suhu derajat ruangan delapan belas celcius.

Suho juga menawarkan segelas Americano panas untuk nya tetapi Doyoung menolak. Mereka duduk dan bicara secara empat mata. Keduanya juga saling serius, membicarakan masalah perdebatan.

" Apa yang kamu lakukan tadi disekolah Jeno?" Doyoung bertanya serius dan tidak main main.

" Aku hanya menyuruh perintahmu. Bukan apa apa." Suho jelas berbohong.

" Jangan berbohong Kim Suho. Aku tau apa yang kamu lakukan kepada mereka berdua." Jelas Doyoung secara jelas jelasan.

Sial, apa Jeno memberitahukan perjanjian itu kepada Doyoung? Mengapa tiba tiba Doyoung bersikap seperti ini. Sepertinya laki laki itu mengingkari janjiku. Batin Suho dalam hati dan kembali fokus kepada pembicara didepannya.

" Apa yang kamu ketahui soal mereka? Jangan mengada ngada, omonganmu itu semua hanyalah fiktif belaka." Doyoung sepertinya sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

" Aku tidak mau memulai keributan disini, itu semua bukan urusanmu, jadi tolong jangan mengikut campuri urusanku." Bisik Suho ke arah telinga Doyoung sambil mendorongnya ke belakang dengan kekuatan keras. Suho sama sekali malas untuk menangani masalah ini bersama Doyoung. Waktunya hanya habis sia sia jika harus dipertemukan dengan omongan omongan yang dikatakan Doyoung.

Begitupun Doyoung, ia langsung saja memutuskan untuk mengalah. Kakak kandungnya memang sangat sulit untuk dikalahkan, entah. Suho selalu punya banyak cara dan alasan agar dirinya bisa menutupi seluruh rangkaian masalah. Doyoung akhirnya meninggalkan ruangan tersebut dan kembali masuk ke ruangan utamanya. Dia baru saja mengantarkan Jeno dan Jaemin menuju apartemen. Sementara dirinya harus kembali bekerja.

...

Jeno membuka pintu kamar nya lalu langsung masuk kedalam, menaruh sepatunya di tempat rak yang daritadi sudah tersusun rapi. Begitupun dengan Jaemin, ia melakukan hal yang sama dengan apa yang Jeno lakukan. Suasana kali ini sangat berbeda dari biasanya. Padahal, Jeno dan Jaemin baru saja melepas berai rantai pertengkaran. Tapi selepas dari restoran yang mereka datangi, suasana kembali hening tanpa alasan.

Sebenarnya, Jaemin ingin sekali mengajak Jeno bicara serius. Jaemin tidak mau hal itu terulang kembali. Soal yang waktu itu. Jeno pernah diam diam melamar pekerjaan tanpa sepengetahuan dirinya. Kadang, itu membuatnya merasa tidak memperhatikan saudaranya. Istilahnya, tidak pernah peduli. Karena daritadi Jeno memegangi kepalanya seperti ada sesuatu di benaknya.

" Jeno." Jaemin berbicara pelan kepada saudaranya.

Jeno diselimuti perasaan gengsi. Jeno merasa dirinya ditentukan oleh dua sisi. Apakah ia harus jujur, atau lebih baik menyembunyikan nya dari Jaemin. Karena, masalah perjanjian itu hanya Doyoung lah yang sudah tahu. Mana mungkin, ia harus mengatakan hal ini kepada Jaemin. Bayangkan saja reaksi Jaemin ketika mendengar Suho menyuruhnya untuk membenci saudara laki lakinya sendiri.

" Jeno, aku pikir kita harus bicara." Pelan Jaemin sekali lagi.

Tetapi Jeno justru malah mengabaikannya dan menjawab pertanyaannya yang sejujurnya tidak enak didengar.

You | Lee Jeno ✓Where stories live. Discover now