04.

6.1K 390 2
                                    

Orang yang paling disayang adalah orang yang paling rentan mengecewakan.


Melati terduduk lemas di lantai, memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Air matanya merembes keluar membasahi lututnya. Perasaannya hancur, sangat hancur. Kejadian semalam adalah mimpi terburuk dalam hidupnya.

Melati sama sekali tak menyangka jika Arich-- laki-laki yang selama ini ia percaya, ia banggakan, hingga ia jadikan panutan ternyata laki-laki brengsek yang tega merenggut kehormatannya demi kepuasan sendiri tanpa memikirkan perasaan Melati sedikitpun.

Air matanya kian deras keluar menyebabkan matanya membengkak. Mentalnya down, pikirannya sangat kacau. Bagaimana jika orang tuanya tahu jika anak gadisnya sudah tidak suci sebelum terikat pernikahan? bagaimana jika Melati sampai hamil? Mereka pasti marah besar dan kecewa. Melati tidak ingin itu terjadi, masih banyak hal yang harus ia kejar di masa muda.

"G-gue be-benci k-ak A-a." Melati tak mampu meneruskan ucapannya karena tersedak air liurnya. Dia terbatuk sampai ingin muntah.

Sementara itu, Arich terbangun dari tidurnya ketika telinganya menangkap isak tangis seorang wanita. Laki-laki berambut cokelat gelap itu mengerjap pelan kemudian menatap jam dinding yang tersemat di atas lemari yang menunjuk ke angka 5.

Arich sedikit meringis merasakan kepalanya terasa sakit efek dari alkohol dan jambakan Melati tadi malam. Dia tidak tau mengapa punggungnya terasa perih. Padahal itu bekas cakaran Melati.

Isak tangis kian terdengar membuat Arich segera mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Keningnya mengernyit melihat Melati ada di kamar apartemennya, sedang menangis pula. Demi apapun Arich tidak ingat dengan perbuatannya semalam.

"M-mel? Kamu ngapain sepagi ini ada di kamar apartemen saya? Kamu gak sekolah?" tanya Arich dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Kenapa nangis?"

"Ada yang jahatin kamu?"

Bukannya menjawab, tangisan Melati kian menjadi-jadi membuat Arich panik. Dengan sigap Arich menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Alangkah kagetnya dia melihat tubuhnya yang naked. Menelan ludah kasar, perasaan Arich mulai tak karuan. Dia memejamkan matanya berusaha mengingat kejadian semalam.

"Ya tuhan!" pekik Arich.

Segera dia melilitkan selimut ke pinggangnya dengan kencang. Arich buru-buru menghampiri kekasihnya untuk menenangkan.

"Mel?" panggil Arich sembari mengusap kepala Melati. Perempuan itu langsung menepisnya kasar.

"Jangan sentuh gue, brengsek!" sentak Melati membuat Arich tertegun. Mata keduanya bertumbuk, tersirat kekecewaan dan kemarahan besar di mata Melati.

"Mel, saya minta maaf." Arich berusaha memegang tangan Melati tapi lagi-lagi perempuan itu menepisnya.

"JANGAN SENTUH GUE!" teriaknya sembari menjauhkan diri seolah Arich adalah sesuatu yang haram untuk disentuh.

"Mel, tolong dengarkan saya. Saya moh---"

"BRENGSEK!" maki Melati hingga urat-urat di leharnya terlihat. "COWO BRENGSEK!!"

"Mel! Tenang!" Arich berusaha mendekat.

PRANG!

"MELATI!"

Arich tersentak ketika vas bunga yang ada di atas nakas dilempar ke arahnya. Untung saja Arich dapat menghindar hingga vas bunga itu jatuh berkeping-keping di lantai.

Tatapan mata Melati begitu menakutkan. Dia menunjuk wajah Arich tidak peduli dengan status Arich sebagai gurunya.

"GUE BENCI SAMA LO!"

LOVESICK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang