Chapter 8

224 19 13
                                    

_L e O c a_

Butuh waktu selama beberapa menit untuk mobil Oca dan Leo sampai di sekolah. Oca memarkirkan mobil di tempat parkir yang sudah disediakan. Mematikan mesin mobilnya, turun dari situ dengan merapikan baju yang sedikit kusut.

Oca jalan di koridor menuju kelas. Sesekali, cewek itu melempar senyum tipis pada adik kelas yang menyapa.

Tiba di kelas, Oca langsung mengambil duduk sebelah Dhea. Gadis itu seperti sedang menulis sesuatu. Oca tak tahu, mungkin saja ngerjain PR.

"Lagi apa?" tanya Oca basa-basi. Tidak sengaja Oca lihat Dhea nulis rumus, makanya dia tau Dhea pasti nyalin tugas murid lain.

Tapi karena bosan, dia tetap bertanya. "Nyalin nih pr Bu Anjela. Gue gak ngerjain karena ketiduran," jawab Dhea tetap menulis.

Oca hanya manggut-manggut. Dia mengeluarkan buku fisika dari ranselnya. Oca sudah selesai dengan tugas yang Dhea kerjain. Jadi, menunggu waktu masuk dia memilih membaca buku. Meski, dia males sebenarnya.

Selintas, dia melirik jam dinding. Masih tersisa 15 menit sebelum bel masuk bunyi. Rencana Oca ingin meminjam buku perpustakaan. "Ntar pelajaran Bu Darmi 'kan?"

"Iya, jam pertama dia masuk sini. Kenapa memang?"

"Temenin gue ke perpus yuk? Gue mau minjem buku disana," pinta Oca.

Tampak Dhea menimang-nimang lalu sedetik kemudian dia mengangguk. "Hayok, gue juga udah siap kerjain pr."

Oca dan Dhea keluar dari kelas. Langkah keduanya tertuju pada perpustakaan yang terletak di belakang sekolah.

Di tengah jalan, mata Oca menatap Leo sehabis dari rooftop. Bajunya di keluarkan, dasi yang tadi pagi dia pasangkan sudah hilang, dua kancing atasnya di biarkan terbuka hingga Oca bisa melihat kaus hitamnya.

Heran, perasaan tadi pagi cowok itu janji akan berpakaian lengkap. Dia menghela napas gak mau ambil pusing, Oca lanjut jalan. Ya, namanya juga Leo. Cowok itu mana mau berpakaian rapih dan lengkap. Katanya keliatan 'cupu' kaya gitu.

Cupu dari mananya coba? Malahan kadar kegantengan cowok itu bertambah kalau dia mau rapih. Ya, sudahlah semerdeka dia aja.

"Caa! Pantesan gue ngomong gak di denger, lo liat apa sih?" Dhea membuyarkan lamunannya. Cewe itu mengikuti arah pandang Oca. Sedetik kemudian dia berdecak.

"Lo suka dia ya? Jangan deh gue saranin. Tuh cowok playboy, mantannya gak cuman satu atau dua tapi puluhan. Ati-ati lo sama dia ntar di baperin lagi," tanpa di suruh Dhea menjelaskan sifat Leo yang dia benci.

Sebenarnya, pengen banget Oca bilang kalau cowo yang Dhea bilang playboy itu lakinya.

"Enggak, gue gak suka sama dia," jawabnya seadanya.

"Bagus deh, gue gak mau sahabat gue di pacarin cowok modelan Leo kamfret," Dhea merangkul Oca dan menuntunnya kearah perpustakaan yang sudah dekat.

Setelah mendapat apa yang diinginkannya. Oca kembali ke kelas bersama Dhea. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi.

"Huh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L E O C ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang