Chapter 4

190 42 10
                                    

_L e O c a_

Oca refleks melempar benda kecil yang ada ditangannya. Hancur. Semuanya hancur setelah benda itu menunjukkan hasil. Mimpinya lenyap. Harapannya pupus. Dunianya sirna dan redup. Masa depannya hancur. Semua yang ia lakukan dulu sia-sia sekarang.

Tadi Oca iseng membeli benda itu. Dikarenakan sudah satu hari ini ia mual-mual apalagi setelah bangun tidur di pagi hari. Badannya cepat lemas seperti tidak bertenaga. Kepalanya juga sakit dan pusing.

Awalnya Oca mengira hanya masuk angin tapi setelah dipijat dan dikerok oleh Adiknya mual dan pusing itu tidak hilang malah semakin bertambah. Karena itu Oca memutuskan untuk membelinya, ia benar-benar berharap apa yang ada dipikirannya tidak terjadi.

Tapi itu semua hancur setelah benda yang tak lain adalah test pack itu menunjukkan dua garis merah yang menandakan ia pofitif hamil.

Ya, hamil. Pantas saja tamu bulanannya tidak datang padahal waktu tenggatnya sudah lewat. Tak pernah Oca terpikirkan kalau ia akan hamil dimasa muda. Ia baru ingat jika Leo tidak main aman. Dan sekarang benih lelaki itu tertanam dirahimnya.

"Gak mungkin, gue gak mungkin hamil,"tangannya yang bergetar ia gunakan untuk menarik kuat rambutnya.

Tubuhnya luruh dibawah wastafel kamar mandi. Racauan demi racauan ia lontarkan, masih tidak percaya jika dia tengah mengandung. Oca menangis kencang, berteriak bahkan menjambak rambutnya. Isak tangis pilunya membuat orang-orang yang mendengar pasti merasa iba.

Oca menutup wajah dengan telapak tangan. Rambutnya sudah acak-acakkan. Banyak bekas cakaran diwajah dan tangannya. Keringat dingin membanjiri tubuh cewek itu "gue gak mau hamil. Gue benci. GUE BENCI. ARGHH!"Oca memukul bertubi-tubi perutnya berharap janin itu tidak pernah ada.

Dadanya sesak. Sakit. Bahkan untuk bernapas saja susah. Ia tidak tahu harus apa dan bagaimana ke depannya. Ia butuh seseorang untuk sandaran dan berbagi ceritanya. Ia tidak kuat menahan ini sendiri. Tapi sayang, tidak ada yang bisa diminta untuk menemaninya.

Ia tidak siap hamil muda. Apa kata orang-orang jika tahu ia hamil diluar nikah? Mungkin cacian, hinaan dan makian akan menjadi temannya nanti. Dan bagaimana caranya ia memberi tahu keluarganya terutama Ayah dan Adiknya. Pasti mereka kecewa dan marah. Ini aib besar pasti keluarganya akan benci pada Oca.

Karena lelah menangis hingga tak sadar wanita itu tertidur di kamar mandi, dengan segala permasalahannya. Rasanya ia ingin mati saja.

***

Seminggu menghilang tanpa kabar. Akhirnya cewek itu masuk ke sekolah, butuh keberanian yang tinggi untuk ia menampakkan batang hidungnya. Perempuan itu seperti mayat hidup, bagaimana tidak? Rambut yang sedikit acak-acakan, kantung mata yang hitam dan mata yang bengkak karena menangis berkepanjangan, air mata yang terus mengalir, kulit yang pucat, badan yang agak kurusan, dan pandangan matanya yang kosong tidak ada gairah hidup.

Orang-orang memandang aneh pada Oca. Biasanya cewek itu tidak pernah seperti ini, ia selalu menomorsatu 'kan penampilan, tapi sekarang penampilannya jauh dari kata baik-baik saja.

"Lo kenapa Ca?"tanya Dhea heran.

Oca diam saja tidak menyahut. Ia melamun terus. Pandangannya kosong. Bekas air mata masih ada dipipinya.

L E O C Aحيث تعيش القصص. اكتشف الآن