D u a b e l a s

522 35 7
                                    

Gus Ilyas POV

Hari yang cerah!

   Langit nampak kembali terang setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir. Hari ini, aku ada janji dengan seseorang.

"Saya sedang menulis sesuatu yang sedikit berhubungan dengan Tarim cak, kalau boleh saya minta izin kalau foto cacak tak jadiin ilustrasi salah satu tokoh cerita saya bagaimana? Sekalian kalau boleh share perihal Tarim cak"

"Saya akan menemui kamu. Kamu cari saja tempat ngopi yang enak, jangan datang sendirian!"

"Saya sudah mau nikah, saya nggak mau ada salah paham"

   Aku tersenyum membaca Direct Message terakhir yang ku kirim. Jarak yang cukup jauh membuatku terpaksa mengajak Kang Rizi sebagai supir pengganti.

"Kang, pokok njenengan besok jangan menthungul di kafe ya! Bisa konangan gasik aku", setidaknya aku harus memastikan jika Kang Rizi tidak berjumpa dengan seseorang yang akan kutemui nanti.

"Waahh, nampaknya ada yang sedang berbunga-bunga iki" Kang Rizi dengan antusias meledekku yang sedang fokus mengemudi.

Aku hanya nyengir sembari menghidupkan qasidah Ya Tarim untuk menemani perjalananku. Entah mengapa aku merasa bahagia luar biasa, aku tak sabar menanti pertemuanku dengannya sepenuh jiwa.

***

   Aku dan Kang Barizi sudah sampai di alun-alun kota kelahirannya, begitu kentara perubahan cuaca disini. Tubuhku sedikit menggigil sementara Kang Rizi malah cengar-cengir meledekku.

"Ini belum apa-apa loh Gus, baru beberapa menit udah gemrutuk aja njenengan hihi"

Suara notifikasi instagram masuk ke ponselku.

"Kafe 'Selamat Malam' nggeh cak, kulo sampun dugi"

"Satu lagi, mboten sendirian :)"

Aku tersenyum geli membaca isi pesannya. Tidak perlu ia jelaskan pun aku tahu dia tidak akan datang sendirian. Kali ini sengaja tidak ku balas pesannya. Aku penasaran dengan responnya jika aku tiba-tiba ada dihadapannya.

"Meluncur Kang!" tuturku pada Kang Barizi yang kini memegang kemudi.

"Siap Gus, laksanakan!" Sahutnya dengan suara yang ia buat-buat seperti komandan upacara.

"Kafe 'Selamat Malam' hmm..." aku menemukan sebuah bangunan khas kafe-kafe kekinian dengan plang bertuliskan Good Night Cafe diseberang jalan.

"Saya cari tempat parkir mawon nggeh Gus, disini nggak ada parkiran mobilnya", aku mengangguk sebelum turun dan menyambar songkok hitam beserta tas selempang ku di jok belakang.

Ku embuskan nafasku perlahan, kinerja jantungku mulai terasa tidak beraturan. Ku pejamkan mataku sejenak, lalu memantapkan langkahku ke seberang jalan tempat dimana gadis itu berada.

Aku mendorong pintu masuk dengan degup jantung yang tak biasa. Kenapa rasanya segugup ini? Huuhh...

"Disini cak!" teriakan seorang gadis dari sudut kafe ini mengagetkanku. Gadis itu berdiri sambil melambaikan tangannya ke arahku. Tapi dia bukan orang yang ingin ku temui.

TheShouq : (Mahabbah Rindu)Where stories live. Discover now