T u j u h

720 62 7
                                    

Happy iqro' guys ⁦❤️⁩

__________________

Lelaki rupawan yang mempunyai rahang tegas dan tahi lalat didagu lancipnya itu menatap keluar jendelanya kosong. Malam-malam yang ia lalui sebelumnya cukup berat, tak jauh berbeda dengan malam ini. Perhelatan batinnya semakin menyiksa. Perasaannya semakin dalam terluka. Malam memang identik dengan hitam, gelap. Sama memilukannya dengan kisah hidupnya yang kelam, suram.

•••

Gus Farras POV

Teruntuk malam,
Sampaikanlah setumpuk rasaku yang tak mampu kulisankan,
Rengkuhlah ia untukku yang semakin terperosok jauh dari keramaian.

Mengapa malam selalu hitam? Keindahannya justru tak terjamah para kaum lemah. Mengapa malam nampak begitu kelam? Sama seperti kisah hidupku yang begitu memilukan.

Malam ini terasa jauh berbeda dengan malam-malam ku bersamanya. Sebelumnya ia selalu menjadi alasanku tertawa lepas tanpa beban. Lalu? Kini justru dengan kejamnya aku yang merenggut tawa dari wajah lugunya. Entahlah. Mengapa takdir begitu kejam menghukumku.

Dahulu aku begitu menyukai malam. Ada kejutan-kejutan mendebarkan yang ia ciptakan dari bilik matanya yang segelap malam. Ada cerita-cerita singkat yang begitu menggelitik. Selalu ada secercah harapan yang ia tumbuhkan untukku. Gadis itu. Yang mampu membangkitkan lagi semangat hidupku. Dan aku? Memporak-porandakan harapan tulusnya dengan ketidakmampuanku menjaganya. Menjaga perasaannya.

Tidak kupungkiri, dia memang hanya salah satu wanita yang hadir dalam kehidupan cintaku. Tapi dialah satu-satunya yang menyadarkanku apa arti cinta yang sesungguhnya. Ia tak pernah menuntut untuk dicintai. Ia hanya memberi cinta orang-orang disekelilingnya. Ia tak terlalu cantik secara fisik. Hidungnya pun sebatas formalitas untuk bernafas. Tapi... Pandangan matanya begitu mempesona, ada setitik cahaya dalam manik cokelat gelapnya. Begitu indah Allah menciptakannya. Mungkin karena ia adalah salah satu penjaga kalamNya.

Aku selalu jatuh cinta ketika menatap maniknya yang bercahaya. Aku sadar ia berbeda.

Dan ia pantas untuk diperjuangkan.

"Pada akhirnya, hidup hanya perihal siapa yang meninggalkan atau ditinggalkan. Siapa yang akan lebih dahulu pergi dan memulai kisah baru lagi."

Suara itu? Aku hafal betul siapa pemilik suara serak itu. Kapan terakhir kali aku mendengarnya? Kurasakan derap langkah kakinya mendekat.

Aku masih diam.

Kurasakan tangan gempalnya menyentuh pundakku, kemudian mengacak-acak rambutku gemas.

"Wis ojo ngalamun ae, mundak kesambet jin ifrid siro le." Teriaknya tepat sasaran menerobos gendang teligaku.

"Ahh.. Mbak Zumi, kapan sampai? Ichal sama Mas Zaki mana?" Ujarku sembari menutup kedua telingaku yang terasa berdenging.

"Tadi sore, mbak mi mampir dulu ke maqom simbah."

"Malem-malem ngalamun aja, kenapa?"

"Mbak mi ndak usah pura-pura nggak tahu lah, Farras yakin bapak sudah membeberkan beritanya ke grup keluarga besar."

TheShouq : (Mahabbah Rindu)Where stories live. Discover now