D e l a p a n

592 51 10
                                    

"Ketika dirimu sedang senang, 'Ndereslah'
Ketika dirimu sedang sedih, 'Ndereslah'
Jangan pernah merasa lancar, karena kelak 'Nderesmulah' yang akan menemanimu ketika sudah tidak ada siapa-siapa disisimu"

KH.Mu'tashim Billah

"Astaghfirullah..." Kana mengusap wajahnya kasar.

Harusnya ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya. Ia harus ikhlas atas segala ketentuan Sang Penciptanya. Ia tidak perlu terperosok dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Ia tak boleh mengabaikanNya, ia tak boleh menelantarkan karuniaNya----Lagi.

Kana mengedarkan pandangan ke sudut kamarnya, dimana sebuah meja kecil menghiasi sudut kamarnya yang tak terlalu luas. Ia menemukannya. Belahan jiwanya. Lentera hidupnya. Penolongnya di akhirat kelak. Kekasih pertamanya.

Bukankah Al-Qur'an adalah kekasih pertama bagi seorang penghafal yang belum menikah?

Ia meraih Al-Qur'an bersampul merah marun itu di tanganya. Perlahan memulai tilawahnya dengan irama hijaz, satu-satunya irama yang mampu dikuasainya dengan agak baik. Ia terlihat begitu menikmati romantismenya bersama kekasihnya----selalu begitu.

Al-Qur'an menjadi perantara kedamaian hatinya. Bukan hanya ia, tetapi siapapun yang melantunkannya. Dengan atau tanpa irama.

"Ndhuk..."

Kana masih tenggelam dengan bacaanya sendiri. Sesekali bacaanya terhenti tatkala menjumpai ayat-ayat yang menyentil setitik keangkuhannya. Tak jarang air mata menggenangi sudut matanya yang sembab akibat insomnianya akhir-akhir ini.

"Ndhuk..."

Krieettt.......

Spontan Kana menoleh ke arah sumber suara yang sedikit mengejutkannya.

"Ahh ibuk... Ngagetin Kana aja" ucapnya setelah menutup tilawahnya dengan bacaan 'Shodaqollohul 'adzim, wa shodaqo rosulun karim'

"Daritadi ibuk panggil nggak nyaut loh, udahan nderesnya?"

"Udah buk, kenapa?"

"Semalam nak Ilyas telpon bapak, dia menanyakan kapan pastinya pernikahan kalian akan dilaksanakan?"

Ilyas? Tentu Kana tidak lupa jika Ilyas adalah nama calon imamnya kelak. Lebih tepatnya sebentar lagi. Namun pertanyaan yang dilontarkan ibunya sungguh membuatnya gamang. Apakah ia sungguh siap?

Ahh... Bukankah ia harus siap? Apapun keadaanya.

Kana POV End

***

Setelah berkali-kali patah, akhirnya ia memutuskan untuk kembali mengepakkan sayapnya yang belum sempurna merekah indah.

"Kejahatan dan keburukan itu sesungguhnya tidak ada. Yang ada hanya ketiadaan Allah SWT dalam diri seorang hamba, maka hasilnya munculah kejahatan dan keburukan. Tapi jika seorang hamba menghadirkan Allah dalam dirinya, yang akan muncul adalah kebaikan. Dalam islam biasa disebut Ihsan." Jelas lelaki tampan itu panjang lebar.

Dibelahan dunia lain, wanita yang membaca pesan tersebut tersenyum puas. Ia merasa berhasil membuat topik bersama orang asing yang berhasil menarik perhatiannya. Ia terlihat memikirkan pertanyaan apa lagi yang harus ia lontarkan agar mereka tetap bisa berkomunikasi lagi. Ia berpikir keras memikirkannya, karena hampir seluruhnya mampu terjawab sempurna oleh lawan bicaranya ini. Yang pasti ia ingin terus membahas hal-hal sederhana bersamanya----jelmaan onta.

Terlalu singkat untuk menyebutnya cinta. Apalagi mereka berdua hanya sebatas rekan komunikasi via sosial media. Tapi beginilah hati, bagaimanapun ia menyangkalnya ia tak akan mampu membohongi perasaannya. Tak bisa dipungkiri wanita itu jatuh hati dengan dua orang berbeda dalam dimensi waktu yang sama. Dalam dua dunia yang berbeda. Dunia nyata dan maya-nya sekaligus.

•••

Kana POV

Dariku...
Yang ingin bahagia dan tak mau lagi bertahan dalam luka,
Dariku...
Yang dahulu sibuk patah hati dan tidak pernah berusaha membuka hati kembali,
Tanpa sadar banyak hati kulukai hanya demi mempertahankan satu hati yang justru memilih pergi,
Kini berkatmu...
Aku mampu bangkit dan melangkah lagi,
Aku mampu memulai ikhlas tanpa harus berjuang sendiri,
Berkatmu...
Aku mampu memahami tanpa menuntut untuk dipahami,
Terimakasih...
Sejauh ini yang kubutuhkan hanya sokongan kekuatan untuk bertahan,
Bersamamu yang belum sempurna Allah perlihatkan.

It's Written. Semuanya sudah Allah tulis jauh sebelum aku dan Ilyas terlahir ke dunia. Memang begini jalan pilihanNya. Menyatukanku dan Ilyas saat hatiku sempurna terluka. Menyadarkanku bahwa ada hati lain yang menunggu sebuah pintu terbuka dariku. Selama ini aku terlalu sibuk patah hati, seolah-olah hanya aku orang paling terluka di seluruh dunia. Seolah-olah hanya aku yang tidak menerima keadilan cinta.

Padahal diluar sana, ada hati yang tanpa kusadari turut kulukai dengan egoku sendiri.

"Secepatnya..."

Aku ingin segera mengakhiri masa patah hatiku yang tak kunjung usai. Terus-terusan menutup diri justru membuatku makin terluka semakin dalam lagi. Kudengar, Gus Farras akan segera melaksanakan akad nikahnya bulan Syawal nanti. Dan sekarang pertengahan bulan Rajab.

"Sampaikan kepada Ilyas buk, jumat pertama bulan Sya'ban jika Ilyas dan Abinya tidak keberatan."

Semoga keputusanku tidak salah. Semoga Ilyas adalah jodoh dunia akhirat yang Allah kirim untuk membersamai setiap langkah hidupku kedepan.

•••

Bersambung...

________________________________________

Part pendek ya Shouqers...
Ide-ide segar belum bermunculan diotak cantik author nih, butuh refreshing biar seger buger.
Maaf kalau ceritanya kurang menarik 🙏
Semoga masih tetap bisa menghibur Shouqers semua yaa 😉
Jangan lupa follow author, vote, and comment.
Jangan jadi reader tanpa jejak yes...
Bab 9 published setelah reader mencapai 700 yaa

Salam ceria ⁦❤️⁩

TheShouq : (Mahabbah Rindu)Where stories live. Discover now