11. Bagian Sebelas

29.3K 2.8K 64
                                    

Malam ini Abel lagi dibujuk Kalila untuk ikut ke Belanda. Tapi, Abel gak mau ikut. Katanya, dia gak mau ketemu orang tuanya. Abel masih kecewa.

"Bel, gak boleh gitu. Kamu gak kangen mereka? Mereka gak pulang pasti ada alasannya. Ayok sama Kakak, aku temanin deh." Kalila masih berusaha membujuknya.

"Abel belum siap, ketemu mereka." Setelah itu Abel langsung masuk ke dalam kamarnya.

Kalila menghela napas pelan, dia paham betul bagaimana Abel. Orang tuanya udah gak pulang selama satu tahun. Jadi mungkin kalau Abel merasa kecewa. Anak mana sih, yang mau jauh sama orang tuanya?

Di dalam kamar, Abel menangis. Dia bukannya gak mau ketemu orang tuanya. Abel cuman belum siap.

Sekarang, udah malam pukul 20.00 WIB. Abel lagi ada di taman kompleks rumahnya.

Ngapain? Gak tahu. Pokoknya Abel di sini cuman duduk sambil lihatin orang berlalu-lalang. Ini malam Minggu. Jadi banyak yang jalan sama pacarnya.

Beda, dengan Abel, dia sendirian. Duduk termenung di bawah pohon sambil mendengarkan lagu dari earphone miliknya.

Kevin yang baru pulang dan mampir ke taman ini, langsung menyadari posisi Abel duduk begitu menyedihkan di bawah pohon.

"Kasihan juga itu bocah tengil," gumam Kevin tak sadar. Kevin berjalan mendekati Abel.

"Bel," panggilnya, kemudian duduk di sampingnya.

Abel menoleh tanpa bersuara, hanya menoleh lalu abis itu kembali semula lagi.

Kevin mengerutkan dahinya heran, tumben banget gak ada respon. Biasanya juga heboh kalau dia datang.

"Gak usah sedih gitu, gak pantas tahu orang kayak kamu sok sedih," kata Kevin.

Abel menoleh lagi, menatap Kevin lekat. "Abel juga manusia, Bang. Ada kalanya Abel jatuh. Capek sama kehidupan," sahutnya.

Abel yang sekarang bukan Abel yang pecicilan heboh kayak biasanya. Abel benar-benar terpuruk saat ini.

"Sok-sokan capek sama kehidupan. Kayak udah pernah ngerasain aja. Kamu tuh masih kecil, masih bocah gak pantas tahu." Kevin terus menyudutkan Abel. Ini mulut Kevin jenis mulut apasih? Tajam banget omongannya.

Abel memutar tubuhnya, menghadap ke arah Kevin. "Bisa gak sih Abang. Lihat Abel sedikit aja. Jangan anggap Abel bocah mulu. Salah ya, Bang? Aku cinta sama Abang?" tanyanya penuh kepedihan.

"Apa Abel gak pantas untuk mendapatkan kasih sayang yang utuh ya? Abel bingung, di dunia ini. Mamah, Papah udah gak pernah pulang. Abel suka sama Abang. Abangnya nolak mulu. Abang kasar sama aku. Padahal Abel selalu berharap. Abang itu bisa jadi pengganti Mamah, Papah. Tapi, kayaknya gak akan terjadi deh." Lanjut Abel yang semakin menohok hati.

Kevin terdiam kaku. Apa dia udah terlalu berlebihan sama tetangganya ini?

"Bel, maafin saya," ucap Kevin, untuk pertama kalinya. Meminta maaf sama Abel.

"Gak perlu minta maaf. Ini emang salah Abel yang lancang mencintai Abang. Udah ya, Bang gak usah dibahas lagi. Abel malu ini nangis di depan Abang. Abel mau pulang. Dah," kata Abel yang sambil mengusap air matanya.

Abel berlari menuju rumahnya. Masih dengan sisa-sisaan air mata yang menetes.

Kali ini Abel gagal untuk tetap tegar di hadapan orang. Abel jadi malu, nangis di hadapan Kevin. Padahalkan kemarin juga nangis di kamar Kevin. Eh beda ya, kemarin, kan Kevinnya tidur jadi dia gak tahu. Kalau sekarang, kan enggak.

🌸🌸🌸🌸

Pagi, kembali. Kevin gak jadi ke Belanda. Katanya, orang tua Abel mau pulang ke Indonesia hari ini.

"Untung belum pesan tiket," kata Kevin kepada orang tuanya.

"Yaudah gapapa. Mereka mau pulang kangen kali sama anaknya. Satu tahun gak pulang gitu. Biar Abel gak sedih lagi. Mamih gak tega lihatnya. Abel akhir-akhir sering murung gak kayak biasanya." Cerita Sofi sambil mengoleskan selai roti untuk Kevin.

"Biar nanti Papih yang urus deh. Mumpung mereka balik ke sini," ucap Pras menimbrung.

Tidak seperti biasanya, pagi ini Abel langsung berangkat sekolah. Gak mampir dulu ke rumah Kevin.

Abel mengendarai mobilnya sendiri kali ini. Lagi kepengin bawa sendiri gak mau diantar supirnya.

Sampai di sekolah, Rian udah nungguin Abel di kelasnya.

"Bel, pulang sekolah jalan yuk," ajak Rian cepat.  Abel aja belum duduk di bangkunya. Baru aja masuk kelas.

"Kasih gua napas dulu kek. Duduk bentar. Nyerocos aja heran." Abel berdecak sebal padanya.

"Ya, maaf. Gua terlalu semangat soalnya haha."

"Malas, ah. Pengin langsung pulang aja gua." Abel menolaknya membuat Rian jadi sedih.

"Yah, yaudah gapapa deh. Mungkin lain kali bisa ya," katanya yang udah pasrah.

Abel tersenyum, menepuk pundak Rian. "Sorry, ya," katanya manis dengan tatapan yang ewh, membuat Rian meleleh.

Kelas udah mulai dari tadi, Abel benar-benar udah bersemangat untuk belajar hari ini. Akhirnya Abel izin ke kamar mandi.

Keempat sahabatnya hanya bisa memandang Abel. Pasti bukan ke kamar mandi. Nama doang ke kamar mandi. Ujungnya mah bolos sampai pelajaran abis. Udah basi terdengar di telinga mereka.

Iya, benar. Abel sekarang lagi di kantin sekolahnya. Duduk di pojokan sambil melipat kedua tangannya.

"Awhh, sakit bego," kata Abel mengumpat. Ya gimana gak kesal. Dia baru aja mau meremin mata. Eh tiba-tiba ada yang jewer telinganya.

"Bagus, yah. Bukannya di kelas belajar dengarin guru. Malah enak-enakan bolos tidur di kantin heh!" tegur Kevin dengan tatapan tajamnya.

Kevin gak sengaja melihat Abel tadi yang keluar dari kelasnya terus diikitin deh.  Eh tahunya mau bolos. Emang bocah tengil dia.

"Kok, Abang di si--" Belum sempat selesai ngomong. Udah dipotong duluan sama Kevin.

"Balik ke kelas sana. Atau mau gak lulus sekarang?" Kevin mengancam galak.

"Cie, perhatiannn nih sama Abel." Bukannya takut diancam gini. Malah menjawab gak nyambung si Abel.

"Heh, ngadi-ngadi. Udah sana balik kelas!"

"Malas, ah, mau di sini aja sama Abang."

Sepertinya Abel udah berubah balik lagi ke Abel yang sebenarnya. Buktinya udah mulai ganggu-gangguin Kevin.

"Abel, ini di sekolah!" peringat Kevin tegas.

"Iya Abel tahu. Udah ah Bapak Kevin yang terhormat. Jangan marah-marah gitu nanti gantengnya ilang loh." Abel menoel-noel pipi Kevin jail.

"Lepasin tangan kamu dari pipi saya, Abel!" Kevin udah mode marah. Emangnya dia cowok apaan ditoel-toel gini heh.

"Galak amat. Awas loh jangan galak-galak nanti malah jatuh cinta sama Abel," kata Abel makin melantur dan cepat berlari ke kelas.

Kevin di tempat langsung bergidik. Hih, bocah sableng. "Dasar sinting. Kemarin nangis sekarang mulai lagi gila ya." Kevin mengelus-ngelus dadanya.

🌸🌸🌸

19, November 2020

Aduh, Abel aktif lagi ya gaes. Udah mulai lagi gangguin Abang Kevin hemm.

Siapa nih yang kangen Abang Tetangga? Maafin ya baru bisa up. Abis banyak tugas kampus soalnya hihi.

Oh iya gaes, aku juga ada cerita baru loh judulnya FRI(END) WITH LOVE.

Bercerita tentang cinta dalam persahabatan. Hayo siapa yang sahabatan tapi nyimpan rasa? Jangan lupa baca ya cerita aku satu lagi ❤️❤️

Terimakasih jangan lupa vote comment 👌

See you di next part ❤️❤️

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now