38. Tiga Puluh Delapan

17.5K 1.7K 49
                                    

Abel terduduk lemas di depan ruang rawat UGD. Pikirannya berkecamuk, hatinya hancur, sedih saat mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan.

Saat itu juga Abel, Kevin, Bimo dan Kalila langsung pulang ke Jakarta.

"Aku takut hiks ... Abel takut hiks ...." Abel menangis histeris.

Kevin, langsung memeluknya memberikan kekuatan. Dokter dari tadi belum juga keluar dari UGD.

"Mamah sama Papah kamu bakal baik-baik aja kok. Tenang ya." Kevin meyakinkannya. Walaupun dalam lubuk hatinya tidak yakin.

Karena kecelakaannya begitu parah. Apalagi dokter belum juga keluar dari ruangan.

Tidak lama dari itu, dokter keluar dengan raut muka yang sendu. Seperti tidak tega untuk mengatakannya. Tapi, mau bagaimana lagi. Dokter harus mengatakan yang sebenarnya.

"Mohon maaf, keduanya tidak bisa diselamatkan," ucapnya pelan.

Abel kembali histeris menangis. "Mamah Papah hiks ... jangan tinggalin Abel hiks ... Abel gak mau hiks ... Mamah ... Papah ...." Abel meronta-ronta di pelukan Kevin.

Sofi dan Pras ikut sedih dan tidak tega melihat Abel yang begitu sedih karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.

Kalila pun sama, dia ikutan nangis di pelukan suaminya.

Sofi mendekati Abel dan memeluknya. "Ikhlasin ya sayang. Biarkan Mamah sama Papah kamu tenang."

Abel tidak meresponnya, dia malah bengong sambil menangis menatap pintu UGD.

"Mamah hiks ... Papah hiks ...." lirihnya, habis itu Abel langsung pingsan saat itu juga.

"Bel ...," teriak Kevin yang terkejut.

Sofi dan Kalila panik melihat Abel yang pingsan.

"Biar Papih sama Bimo yang urus jenazahnya." Papihnya Kevin dan Bimo langsung mengurus semuanya.

-
-
-

Abel masih belum sadar, jenazah kedua orang tuanya sudah dibawa pulang dan akan segera di kebumikan.

Kevin masih setia menemani Abel di kamarnya. Hatinya ikut teriris. Dia tidak tega, melihat Abel dengan keadaan terpuruk saat ini.

Abel baru saja mendapatkan kebahagiaan, kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ternyata tidak lama kebahagiaan itu. Sekarang, Abel kembali seperti dulu. Ditinggalkan selama-lamanya.

"Mah, Pah ...," ucapnya lirih, Abel sudah sadar ternyata.

"Kamu ikhlasin ya, Bel. Aku ada di samping kamu."

Abel kembali diam, rasanya dia tidak sanggup untuk menyambut hari ini dan esok.

Sampai di tempat pemakaman Abel masih belum bisa menerima semuanya.

Teman-temannya hadir di samping Abel. Mereka juga sama sedihnya.

"Kita ada di sini buat elo Bel," kata Rea memeluk tubuh Abel.

"Abel udah gak punya Mamah sama Papah. Abel sendirian. Abel gak punya siapa-siapa lagi." Saat ini Abel putus asa sekali. Tidak ada lagi harapan dalam hidupnya.

"Abel sebatang kara sekarang hiks ...." Rea, Bilqis, Samudra dan Gilang tidak tega mendengar penuturan dari mulut Abel.

Memang benar, Abel sekarang sebatang kara. Karena, orang tuanya sama-sama anak tunggal. Nenek dan kakeknya pun sudah pada tiada. Dan Abel sendiri samanya anak tunggal.

Kevin, Sofi dan Pras yang mendengar itu semuanya. Hatinya ikutan hancur.

"Mamih gak tega Pih." Sofi menangis tersedu-sedu.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang