Bagian Lima

31.5K 3.4K 147
                                    


Halo ada yang kangen Abel sama Kevin? Siapa nih yang udah nungguin?

Happy Reading !!

Hari ini Abel gak seceria seperti biasanya. Selama guru menjelaskan di depan. Pandangan Abel kabur. Yang ada di pikirannya saat ini kepengin bertemu orang tuanya. Mau seperti anak-anak yang lainnya. Saat sedih ada bahu Mamah atau Papahnya yang siap menjadi senderannya. Tapi apa? Ketemu pun jarang.

Abel merasa hidup di dunia hanya untuk menderita saja. Kayak gak pantas untuk mendapat kebahagiaan.

Rea yang duduk di sampingnya. Menatap Abel prihatin. "Abel sakit?" tanyanya khawatir. Abel menggeleng tanpa niatan menjawab.

Abel bangkit dan meminta izin untuk ke toilet. Percuma di dalam kelas kalau otaknya ke mana-mana. Jadi Abel memutuskan untuk pergi dari kelas dengan alih-alih izin ke toilet.

Tujuannya saat ini adalah perpustakaan. Abel mencari tempat di pojokan. Paling pojok, lalu menduduki bokongnya di kursi dan melipatkan kedua tangannya di atas meja. Kepalanya bertumpu pada lipatan tangan itu.

Berpikir dan berpikir, selama sepuluh menit Abel terus berpikir tentang hidupnya ke depan nanti. Tidak! Abel tidak boleh seperti ini. Dia gak boleh nyerah gitu aja. Dalam dirinya dia sangat yakin kalau Kevin adalah ciptaan Tuhan yang ditakdirkan untuk menemani hidupnya.

Abel langsung menghapus air matanya yang menetes. Dia bangkit lagi dan pergi ke kelas. Dia harus kuat menghadapi hidup pahit ini. Dia percaya nanti akan ada kebahagiaan yang sebenarnya dalam hidup dia.

Sampai di kelas, langsung bel istirahat ternyata. Abel dan kawan-kawannya segera ke kantin.

"Eh, nanti ada balapan nih. Mayan hadiahnya. Gua mau ikut nih. Kalian datang ya nyemangatin gua," kata Samudra sambil melahap baksonya.

"Kapan?" tanya Abel antusias. Abel itu suka banget nonton balapan. Makanya antusias gitu waktu dengar Samudra mau balapan lagi.

"Nanti malam. Kalian anak cewek dijemput Gilang nanti ya," ucap Samudra.

"Oke-oke kita tunggu di rumah Abel ya. Nanti aku sama Bilqis ke rumah Abel." Rea langsung menyahut.

Gilang yang jadi supir pribadi mereka hanya angguk-angguk saja.

Abel pamitan untuk ke kelas duluan. Dia lupa belum mengerjakan PR Matematika. Haish, bisa-bisanya lupa semalam. Mana Abel gak paham. Nyontek? Duh, Abel itu walaupun bar-bar, nyontek itu gak ada dalam sejarahnya. Kecuali kalau mepet banget sih. Abel juga manusiawi kok.

Dengan kepala yang pusing tujuh keliling Abel mampu menyelesaikan tugasnya tepat saat bel masuk berbunyi.

"Untung," katanya menghela napas.

Abel itu cerdas sebenarnya, dia sering dapat juara kelas. Tapi, percuma orang tuanya gak pernah datang. Selalu mamihnya Kevin yang menjadi walinya.

Abel, Rea dan Bilqis udah sampai di rumahnya. Mereka lagi duduk di teras rumah Abel. Yang biasanya sepi, sekarang ramai karena suara hiruk piruk mereka bertiga.

Mata Abel menatap sosok Kevin yang keluar dari mobilnya. Eh tapi tunggu kenapa ada cewek yang mengikutinya.

"Itu siapa?" batin Abel bertanya-tanya.

Ah daripada penasaran mending dia samperin langsung. Abel langsung keluar dari rumahnya.

Rea dan Bilqis langsung berteriak memanggil Abel yang pergi gitu aja.

"Heh, Abel mau ke mana?" tanya Bilqis teriak memanggil Abel.

"Tuh lihat, pujaan hatinya." Rea menunjuk dengan dagunya.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now