09. Eyang

1.1K 122 0
                                    

Jihan menengok kearah Dimas disampingnya saat merasakan remasan lembut ditangannya. Dia melihat suaminya tersenyum, Jihan pun ikut menyunggingkan senyumnya. Rupanya Dimas sadar kalau Jihan sedang dilanda kecemasan.

" Jangan khawatir, sayang. Kita hadapi eyang sama-sama, yah."

" A-aku cuma sedikit gugup aja kok, Mas."

Dimas tertawa pelan, " Berasa mau perang aja." kata Dimas. Jihan cemberut mendengarnya.

Jihan sendiri masih tidak dapat mengontrol perasaannya setiap kali akan bertemu dengan Eyang. Sikap tidak suka Eyang pada dirinya sangat kentara sekali. Bahkan sudah berkali-kali Jihan mencoba untuk mendekat tapi Eyang selalu saja menolak kehadirannya. Jihan tahu bahwa Eyang masih sulit menerima kehadirannya.

Dimas menatap Jihan," Kita masuk sekarang?" ajak Dimas.

Jihan mengangguk.

Dimas dan Jihan melangkah masuk kedalam, rupanya orang-orang sudah menunggu kedatangan mereka. Terbukti dari Zarra yang langsung menghampiri mereka saat melihat anak dan menantunya.

" Assalamu'alaikum, "

" Wa'alaikumussalam."

Zarra beranjak bangun menghampiri Jihan dan Dimas. Mereka pun melangkah mendekat. Jihan menyalimi ibu mertuanya lalu mendekat ke arah ayah mertua dan menyaliminya. Jihan melihat Dimas yang baru saja selesai menyalimi Eyang, Jihan mendekat untuk bergantian menyaliminya.

" Eyang apa kabar?" tanya Jihan lembut, tangannya terulur mengambil hendak mengambil tangan Eyang.

" Karena semua sudah hadir, kita makan siang dulu." ucap Eyang memutar kursi rodanya.

Jihan tersenyum getir menarik kembali tangannya. Nyatanya Eyang masih saja bersikap dingin padanya.
Zarra mengusap lengan Jihan lembut, Jihan menengok Ibu mertuanya dan ikut tersenyum.

" Bukan salah kamu, nak. Yang sabar yah."

Jihan mengangguk. " Aku gak papa, bu. Terima kasih." ucap Jihan.

" Anak ibu kuat, yasudah. Ayo kita ke ruang makan."

Jihan mengikuti Zarra menuju ruang makan. Disana semua orang sudah duduk di tempatnya. Jihan pun ikut duduk bersebelahan dengan Dimas.

" Mas mau makan apa? Biar aku ambilin. "

" Enggak usah, Mas ambil sendiri aja."

Acara makan siang di mulai dengan hening, setiap orang sibuk dengan makanannya masing-masing. Usai makan siang Jihan ikut membantu membereskan piring kotor dan membawanya ke belakang. Sementara yang lain berpindah ke ruang keluarga untuk mengobrol santai.

" Dimas, bagaimana pekerjaan kamu di kantor? " tanya Eyang.

" Lancar eyang. Eyang gak perlu khawatir."

" Bagus. Memang seperti itu harusnya."

" Marta hati-hati kamu sedang hamil besar jangan berjalan cepat seperti itu. Sadewa perhatikan istrimu."

" Kemari, duduklah. "

" Maaf eyang." cicit Marta.

Marta merupakan istri dari Sadewa yang adalah adik dari Dimas. Marta menurut dan duduk disamping Eyang.

" Lihatlah, adik ipar kamu sekarang tengah hamil anak ketiganya. Lalu bagaimana dengan istrimu Dimas?"

Jihan berhenti melangkah mendengar perkataan barusan. Jihan menghela napas dalam lalu kembali melangkah mendekat. Jihan tersenyum pada suaminya seolah-olah dia tidak mendengar pembicaraan barusan.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang