22. Duka

2.1K 169 8
                                    

Tidak ada yang dapat menghindari kematian, karena ia adalah jodoh yang pasti yang di kirimkan Allah untuk menjemput kita nanti.

PULANG

Nrfitri

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Gimana enak, kan kuenya?"

Adzan mengangguk semangat kembali memasukkan kue cokelat ke dalam mulutnya.

"Enak nanny." ucap Adzan dengan mulut penuh dengan kue.

"Makan dulu baru ngomong." kekeh Sofia mengelap bibir dan pipi Adzan yang belepotan oleh cokelat.

Arumi tertawa pelan dia tengah mengaduk adonan kue. Di lihatnya ke arah ambang dapur dan mendapati Jihan yang berdiri di sana.

"Adzan senang yah." kata Jihan masuk ke dalam dapur.

"Seneng. Nanny sama tante Arum kasih aku banyak kue." kata Adzan tangannya terulur mengambil kue yang lain.

Jihan tersenyum mengusap kepala Adzan. Dia kemudian menatap ke arah Sofia dan Arumi yang sedang sibuk dengan adonan kuenya.

"Sudah selesai bicaranya?" tanya Sofia setelah kembali dari mengambilkan minum untuk Jihan.

Jihan mengangguk, "Makasih, Ma." kata Jihan.

Jihan meminum minuman dingin buatan Sofia, dia memperhatikan Adzan yang tampak sangat gembira menikmati kuenya. Jihan tersenyum mengusap pipi Adzan yang belepotan cokelat. Jihan mendengar suara dering ponselnya, dia merogoh ponselnya yang berada di dalam saku. Melihat siapa yang menghubungi, Jihan beranjak panggilan tersebut dari rumah sakit.

Sofia dan Arumi menatap ke arah Jihan yang berjalan menuju jendela untuk menjawab panggilan teleponnya. Fokus Sofia dan Arumi kembali lagi kepada Adzan yang asyik berceloteh ria dengan mulut yang penuh kue.

"Apa? Keadaannya kritis?" tanya Jihan mengulang kembali perkataan perawat yang menghubunginya memberi kabar tentang keadaan Papa Adzan.

"Baik, saya akan membawa Adzan segera ke rumah sakit." Jihan menutup panggilannya.

Jihan segera menghampiri Adzan. Melihat raut panik di wajah Jihan membuat Sofia dan Arumi bertanya-tanya.

"Ada apa Anna? Kamu kelihatan panik." tanya Sofia.

"A-aku dan Adzan harus segera ke rumah sakit, Ma." jawab Jihan.

"Papa mau ketemu aku ya, tante? Papa udah bangun?"

Jihan menganggukkan kepalanya mengelus puncak kepala Adzan. Dia tidak tega harus memberitahukan keadaan Papa Adzan. "Adzan kita ke rumah sakit sekarang yah." ajak Jihan meraih tubuh Adzan dalam gendongannya.

"Siapa yang sakit Anna?"

"Papanya Adzan, Ma. Sudah yah Ma nanti aku jelasin lagi. Aku harus segera bawa Adzan ke rumah sakit."

"Aku pamit yah, Ma, kak Arum. Assalamualaikum." pamit Jihan menyalimi tangan Mama dan kakaknya bergantian sebelum akhirnya beranjak pergi.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya sayang. Kalau ada apa-apa langsung kabari kami."

Jihan mengangguk dan benar-benar berlalu pergi. Jihan dan Adzan sudah berada di dalam mobil, meski sedikit panik Jihan harus terlihat baik-baik saja di depan Adzan dan agar dapat mengemudi dengan aman.

PULANG [SELESAI] Where stories live. Discover now