32. Ashaar Dan Afsheen

3.2K 183 2
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

Happy weekend

***

"Mas, kami membutuhkan persetujuanmu untuk mengambil tindakan operasi."

Dimas tersadar dan dia tidak dapat memikirkan apapun selain mengiyakan perkataan Indah. Yang terpenting sekarang istri dan anak-anaknya selamat.

"Selamatkan istri dan anak-anakku."

Indah mengangguk.

"Kami para tim dokter akan melakukan yang terbaik. Segala sesuatu ada di tangan Allah, berdoalah kepada-Nya."

Setelah mengatakan itu Indah berlalu masuk ke dalam ruangan. Sementara Dimas mengikuti seorang perawat untuk menyelesaikan registrasi. Dimas kembali tak lama kemudian, dia menatap ke arah Adzan yang tengah memeluk Mbok Yati. Dimas mendekat dan duduk di samping Mbok Yati lalu membawa Adzan duduk di pangkuannya.

"Aku mau Bunda." isak Adzan.

Dimas semakin mendekap erat tubuh Adzan, menatap ke arah lampu yang menyala merah pertanda jika operasi sedang berlangsung di dalam sana. Dalam hati rapalan mantra terus terucap berharap semuanya akan baik-baik saja.

Terdengar derap langkah kaki yang berlari mendekat, Dimas mengangkat wajahnya melihat ibu dan ayahnya yang baru saja tiba. Zarra dan Tama sedang berada di ruang inap Eyang saat Dimas menghubungi memberi kabar bahwa Jihan masuk ke rumah sakit.

"Dimas, bagaimana keadaan Jihan?" tanya Zarra cemas.

Dimas menatap ibunya nelangsa. "Jihan kritis bu, dan sekarang dokter sedang mengoperasinya." jawab Dimas lirih.

Zarra menatap pada suaminya dengan linangan air mata. Tama pun membawa istrinya duduk sembari menenangkannya. Dimas merasakan tepukan pelan di pundaknya dan ayahnya lah yang melakukannya.

"Dimas." mendengar namanya di panggil Dimas menoleh ke arah samping menemukan Ilham, Sofia dan Arumi di sana.

"Papa, Mama..." Dimas bangun menghampiri mertua.

"Bagaimana dengan Jihan, Dim?" Ilham bertanya.

"Jihan kritis." jawab Dimas.

Sekarang yang dapat mereka lakukan saat ini adalah berdzikir dan berdoa berharap Jihan baik-baik saja. Sudah hampir dua jam mereka menunggu tetapi belum ada kabar tentang Jihan. Sejak tadi pemandangan yang mereka lihat adalah beberapa orang perawat yang keluar-masuk ruangan.

Sofia mendekat pada Dimas, Dimas menengok sebentar ke arah ibu mertuanya.

"Pulang lah dulu Dimas, ganti bajumu. Banyak orang yang melihatnya." kata Sofia. Kemeja putih yang di pakai Dimas terdapat noda darah dan itu sangat menarik perhatian dari orang-orang yang berlalu-lalang.

"Saya nggak bisa meninggalkan Jihan, bagaimana kalau nanti operasinya sudah selesai dan saya nggak ada."

"Hanya sebentar, nak. Bawa juga Adzan, kasian dia kalau tidur di sini."

Dimas melihat ke arah Adzan yang tertidur di pangkuan Ilham. Adzan sejak sampai di rumah sakit terus menangis dan sekarang tertidur karena kelelahan.

"Biar Mbok aja yang pulang dan bawa baju gantinya, tuan. Den Adzan biar pulang sama Mbok aja."

Mbok Yati yang sejak tadi berdiam diri membuka suara mendengar percakapan antara Sofia dan Dimas. Pakaiannya juga terdapat noda darah yang telah mengering meski terlihat samar karena mengenakan daster batik berwarna cokelat.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang