30. Kisah Di Masa Lalu

2.7K 174 7
                                    

Memaafkan memang tidak mudah tapi bukan berarti pintu maaf itu akan tertutup rapat.

PULANG

Nrfitri

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

"Assalamu'alaikum." Salam Dimas dan Jihan bersamaan begitu masuk ke dalam ruangan inap VIP.

"Wa'alaikumussalam." semua orang yang berada di dalam ruang inap itu menjawab salam secara bersamaan

Zarra bangun menghampiri Dimas dan Jihan. "Kalian sudah datang, ayo mari masuk." ajak Zarra.

Dimas dan Jihan mengangguk. "Iyah bu. Ayo sayang jangan takut." Jihan menengok ke belakang Dimas mendapati Adzan yang bersembunyi di baliknya.

Dimas berbalik sedikit merundukkan tubuhnya melihat Adzan. "Takut, om." cicit Adzan pelan.

Dimas tersenyum lembut, "Jangan takut, kan ada Bunda sama om di sini." kata Dimas membawa Adzan ke depannya.

"Ayo sapa nenek sama yang lainnya, sayang." pinta Jihan mengelus puncak kepala Adzan.

Adzan menengadahkan kepalanya menatap Jihan, Jihan tersenyum menenangkan dan menganggukkan kepalanya pelan. Adzan mengalihkan pandangannya ke arah Zarra yang berdiri tepat di hadapannya lalu beralih ke arah lain melihat orang-orang yang berada di dalam ruangan. Zarra tersenyum menatap Adzan, dia pernah melihat Adzan sebelumnya tapi belum pernah menyapanya. Zarra berjongkok di hadapan Adzan, sedangkan Adzan menatapnya dengan bingung.

"Halo manis. Siapa namanya sayang?" Zarra bertanya dengan lembut, tangannya terulur ke arah Adzan.

Adzan mengerjap pelan, "Adzan." jawab Adzan pelan.

Zarra meraih tubuh Adzan agar dapat mencium pipinya dengan gemas. "Namanya bagus banget sayang. Yuk ikut nenek yuk. Main sama nenek mau?"

Dimas dan Jihan saling pandang lalu tertawa kecil. Adzan memang selalu dapat menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Dimas dan Jihan melangkah mendekat kepada yang lain.

"Eyang apa kabar?" tanya Jihan ramah duduk di sebelah eyang sementara Dimas berdiri di sampingnya.

Eyang menatap Jihan. Setelah terbangun dari tidur panjangnya hal pertama yang keluar dari bibirnya adalah nama Jihan. Eyang menyampaikan ingin bertemu dengan Jihan dan Zarra langsung mengabari putranya Dimas untuk membawa Jihan ke rumah sakit. Awalnya Dimas tidak mau membawa Jihan ke rumah sakit untuk bertemu dengan Eyang tetapi Jihan sendiri sudah lebih dulu mendengarkan percakapan antara Dimas dan Zarra yang berbicara di telepon. Dan akhirnya di sinilah mereka berada.

"Seperti yang kamu lihat, nak." jawab eyang lirih menatap cucu dan cucu menantunya bergantian.

"Dimas, Jihan. Ayah dan ibu serta yang lain, kami permisi keluar." ujar Tama lalu mengajak yang lain untuk keluar dari dalam ruangan. Dan Zarra membawa Adzan bersamanya.

"Baik Yah."

Setelah yang lain keluar, Eyang mengulurkan tangannya ke arah Jihan, Jihan yang mengerti langsung menangkap tangannya dan menggenggamnya.

"Jihanna."

"Iyah eyang."

Eyang menelan saliva sebelum melanjutkan, "Mungkin eyang sudah banyak berdosa kepadamu, nak. Semua yang eyang lakukan adalah karena keegoisan eyang sendiri. Secara sadar eyang mengakui bahwa eyang telah sangat menyakitimu, nak. Sebelum eyang pergi, eyang ingin meminta maaf yang tulus kepadamu Jihanna. Sudikah kamu memaafkan eyang, nak?" kata eyang panjang lebar.

PULANG [SELESAI] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora