16. Terluka

2K 159 2
                                    

"Boleh bersedih tapi jangan sampai larut terlalu lama dalam kesedihan. Ada seseorang yang selalu mengharapkan senyuman terukir di bibirmu."

PULANG

Nrfitri

***


Acara sudah dibubarkan, seluruh tamu undangan, anggota keluarga yang lain sudah pulang. Tinggal lah beberapa anggota keluarga inti di kediaman Kanya. Termasuk Clara yang diminta oleh Eyang untuk tetap tinggal disana.

Semua orang menatap ke arah Eyang dan Dimas yang tengah dalam perang dingin. Tidak ada yang bersuara, hanya keheningan yang tersisa.

Keputusan Eyang yang mendadak membuat semua orang terkejut terlebih bagi Dimas. Dimas kira Eyangnya akan menyerah begitu mendengar penolakan secara terang-terangan yang dia lakukan. Ternyata tidak, Eyang sudah bulat dengan keputusannya yang tak dapat di ganggu gugat.

"Ayah, ayah tidak bisa seenaknya mengambil keputusan dalam hidup putraku." kata Zarra buka suara.

Eyang menatap ke arah Zarra "Zarra sejak kapan kamu berubah menjadi menantu yang tidak sopan seperti ini." desis Eyang.

Dimas menatap sengit pada Eyang, "Aku gak akan pernah menikahi Clara kalau itu yang eyang inginkan." ujar Dimas.

"Penolakan mu tidak akan mengubah keputusan eyang untuk menikahi mu dengan Clara. Clara adalah wanita yang baik dan pantas menjadi istri mu berbeda dengan istrimu, Jihan."

Dimas bangkit, dia marah mendengar Eyang yang membandingkan Clara dengan Jihan.

"Clara dan Jihan berbeda Eyang, Jihan istriku. Aku mencintai Jihan."

"Cinta saja tidak cukup Dimas, keluarga kita membutuhkan penerus. Istrimu tidak bisa memberikan penerus dan hanya Clara yang bisa."

Clara mengusap pundak Eyang, menenangkan Eyang yang mulai tidak dapat mengontrol dirinya.

"Tenang eyang, ingat nanti penyakit eyang bisa kambuh." bisik Clara menenangkan.

Dimas dan yang lainnya memandang tidak suka pada Clara. Pandai sekali wanita itu menarik simpati Eyang.

Dimas menyugar rambutnya frustrasi, "Sadewa sudah memberikan eyang dua penerus dan sebentar lagi Sadewa akan memberikan satu penerus lagi, apa itu masih kurang eyang?" ujar Dimas tidak mengerti.

"Keputusan eyang tidak dapat di ganggu gugat. Kamu akan tetap menikah dengan Clara, Clara akan menjadi istrimu. Terserah apa kamu akan menceraikan Jihan atau tetap mempertahankannya."

Setelah mengatakan itu eyang menyuruh Clara mendorong kursi rodanya membawanya pergi menuju kamarnya.

***

Sementara di tempat lain, Jihan duduk termenung di atas pasir. Suara gemuruh ombak tidak membuat Jihan terusik dalam lamunannya. Di sinilah Jihan, menenangkan hatinya yang risau.

Jihan menatap ke arah hamparan laut luas, menyaksikan matahari yang akan terbenam di ufuk barat. Warna jingganya sangat mempesona membuat siapapun yang melihatnya jatuh hati. Namun, berbeda dengan kondisi Jihan saat ini jangankan untuk mengagumi sekedar menikmati saja dia tidak bisa.

"Aku mencintaimu Mas." lirih Jihan pelan.

"Sangat." lanjutnya kemudian.

Jihan tersenyum miris menatap keluarga kecil yang tengah asyik bermain pasir yang depan sana, pemandangan yang membahagiakan juga menyakitkan untuk Jihan. Jihan meraba perutnya yang rata, dalam hati dia terus melangitkan doa-doa berharap Allah akan mengabulkannya.

PULANG [SELESAI] Where stories live. Discover now