32. Ameliorate

7.4K 539 198
                                    

Ameliorate

/əˈmēlyəˌrāt/

make (something bad or unsatisfactory) better

.

.

.

.

.
.

Mereka memutuskan untuk berganti lokasi, setidaknya dua kali setiap bulan. Bukan perkara mudah, resiko seseorang mengenali mereka di jalan menuju lokasi baru tidak kalah menakutkan. Tapi mereka harus melakukannya.

Toronto jadi tujuan lanjutan mereka. Makin jauh dari markas besar FBI bukan lebih bagus artinya. Organisasi raksasa itu punya hidung dan telinga dimana-mana, tidak hanya di Amerika. Tapi Arthur mengutamakan lokasi dekat dari pelabuhan. Dengan armada yang telah lama dikumpulkannya, disembunyikan, dalam gudang-gudang dan pelabuhan pribadinya. Daratan di bawah kakinya, laut di sisinya, dan langit di atas kepala. Setidaknya ia punya lebih banyak pilihan untuk kabur jika hal buruk terjadi.

Arthur punya belasan tempat di tiap negara bagian, yang disimpannya di luar data David karena ia meramal bencana ini akan datang jauh bertahun-tahun yang lalu.

Hanya saja saat itu...

Ia tidak meramal kedatangan Jeon Jungkook.

Seekor burung Gereja yang hadir tanpa sengaja. Tiga tahun berlalu sejak pertemuan pertama mereka dan Arthur masih sering berandai-andai bagaimana jadinya bila ia menurunkan Jeon Jungkook hari itu di depan gedung Gereja, tanpa harus latah menawarkan pekerjaan pada anak itu dan membuka pintu ke dunianya yang kelam.

Jeon Jungkook pasti sudah lulus dari SMA. Meski tidak sanggup membiayai diri untuk melanjutkan pendidikannya, setidaknya, Jeon Jungkook berada di satu tempat di Detroit, atau di kota lain. Aman dan utuh, sepuluh jari masih tersambung di tangannya.

Di dalam mobil, Arthur duduk merangkul Jungkook dalam pangkuan. Anak itu menggigil, menatapnya dengan mata bergulir, suaranya meracau tidak keruan.

Tiga puluh menit lalu sebelum mereka berangkat, Arthur sudah mendedikasikan waktunya untuk menghabiskan energi anak itu. Dibiarkannya Jungkook meraung murka, menangis dan menjerit, masih mengemis benda yang dimintanya tiga hari terakhir. Dalam dua jam energinya terkuras, tubuhnya terkulai dalam rengkuhan Arthur, dan yang tersisa hanya racauan. Arthur berharap, di sepanjang perjalanan mereka hingga tujuan, Jungkook akan bertahan setenang ini.

"Ada bintang bergerak, terang sekali. Jangan nyalakan lampunya, jangan. Aku mau lihat bintang itu lebih jelas. Yang itu pasti Rigel, bentuknya seperti wajah orang. Lihat lekukan hidungnya," katanya sambil mengulurkan tangan ke atap mobil. Jari-jari lentik itu nyaris menyentuh lampu. Sebentar mata anak itu terpatri pada cahaya, lalu pupilnya melirik turun, pada lima jari-jarinya dengan jari manis terpangkas dua ruas.

"Kenapa dengan jariku?" renungnya bingung. Ditatapnya Arthur dengan kesedihan menjadi-jadi. "Kau ambil jariku? Apa yang kulakukan? Aku buat kesalahan? Tolong jangan buat jadi cinderamata, Arthur. Bisa kembalikan saja, kumohon? Aku membutuhkannya? Dimana aku harus pasang cincinnya, harus di tangan kiri, dan harus di jari manis. Kembalikan jari manisku, kumohon?"

Arthur mengernyit, alisnya berpautan. Martin juga ada disana, duduk disebrangnya dan mungkin tengah menatap mereka berdua. Tapi yang jadi fokus Arthu kini sepasang mata redup Jungkook, menatapnya pedih penuh kehilangan.

Lampu tidak lagi mengalihkan fokus anak itu, kini Jungkook menatap jari-jarinya, sedih dan kebingungan.

Kembalikan, bisiknya berulang-ulang.

Criminal Minds - BravenWhere stories live. Discover now