17. Cul De Sac

15.4K 1.4K 495
                                    

cul-de-sac /ˈkʌldəˌsak,ˈkʊldəˌsak/

a route or course leading nowhere

an end of a road or passage from which no exit is possible

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Ia tidak boleh menghabiskan lebih banyak uang dan waktu.

Itu yang melintas di benak Jungkook di tengah perenungannya siang itu di taman kota Detroit. Jika bertahan lebih lama di kota ini, lambat laun seseorang akan menemukannya. Arthur punya banyak tangan dan banyak mata, mereka ada dimana-mana. Pelariannya selama seminggu ini pun mungkin hanya satu keajaiban yang tidak akan berlangsung lama.

Jadi di jalan pulang menuju hostel, Jungkook berbelok sebentar untuk memesan tiket. Tujuan yang dipilihnya cukup jauh, namun tidak butuh paspor untuk pergi kesana. Tempat itu masih bagian Amerika. Carson City, Nevada. Mungkin... Mungkin, Jungkook bisa memulai hidup barunya disana. Bersama bayinya. Melanjutkan kesempatannya untuk punya keluarga, darah dan dagingnya sendiri.

Jungkook memutuskan untuk check out dari hostelnya malam itu juga. Menginap semalam di bandara Nevada rasanya tidak masalah. Sekalian menunggu pagi dan mencari tempat tinggal yang baru. Barangkali Jungkook juga bisa menemukan kota terpencil yang bisa ditujunya untuk jadi tempat tinggal jangka panjangnya, sampai ia sanggup membuat paspor sendiri dan kabur lebih jauh lagi. Jungkook terpikirkan Bangkok, atau Korea Selatan sekalian. Wajahnya sepertinya lebih mudah diajak berbaur di Asia.

Tapi begitu sampai di bandara, kakinya berubah gemetar. Jungkook melangkah masuk ke gate keberangkatan domestik dengan rasa bimbang. Belum pernah ia pergi begitu jauh. Paling jauh ke Ohio. Itu pun... ditemani oleh Arthur. Mana ada orang berani menyentuhnya saat ia berjalan bersisian dengan pria sedominan Arthur?

Dan disini 30 kilometer dari Hillsdale, Jungkook justru berusaha mengambil jarak lebih jauh dari pria itu.

"Jang Cook, John?"

"Jung-kook, Jeon," ralat Jungkook tidak berguna. Pegawai bandara mengetik namanya dengan benar, hanya tidak bisa mengeja dengan sempurna. Itu tetap menjengkelkan.

"Ada bagasi?"

"Tidak ada."

Jungkook bersandar di meja besar check in sementara pegawai bandara mencetak tiket untuknya, anak itu menatap sekelilingnya. Malam sudah menjelang tapi tempat ini tetap sibuk tanpa kenal waktu. Alangkah baiknya jika ia bisa hidup jauh dari kebisingan ini, aman dari hingar-bingar, terlindung dari cecar mata Arthur yang menginginkan nyawa bayinya.

Belum lewat dua bulan ia mengira pria itu akan jadi pelarian terakhirnya. Tempatnya berlindung. Tempatnya pulang. Rumahnya. Tapi nyatanya mimpi itu terlalu berlebihan. Jungkook tidak punya apa-apa untuk ditukar, selain tubuhnya yang pasti menua dimakan usia. Tidak selamanya ia akan jadi remaja.

Criminal Minds - BravenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang