6. Prudence

16.2K 1.6K 526
                                    

Prudence pruːd(ə)ns/

the quality of being prudent; cautiousness

.

.

.

.

.

.

"Buat apa kita kesini?" Jungkook keluar dari mobil memeluk diri sendiri. Tidak senang Arthur membawa mereka kembali ke rumah Hoseok.

"Buat apa?" Pria itu malah balik bertanya. "Kau butuh baju kalau mau menginap. Ingat?"

Jungkook ingat Arthur mengatakannya beberapa menit lalu. Tapi ia tahu betul apa tujuan mereka datang kemari. Untuk Jinwook. Dan tiga bulan mengenal pria ini, Jungkook tahu Arthur tidak akan segan-segan melukai seseorang. Saat perlu, selalu begitu alasan pria itu. Sekalipun Arthur tidak meladeni candaan dan hinaan Jungkook selama ini, Arthur tetap orang berbahaya.

"Arthur, jangan bunuh Jinwook." Jungkook memelas.

Arthur memandangnya. Di bawah gelap malam, Jungkook bisa melihat alis pria itu bertaut. Tapi Arthur tidak menjawab, malah menarik bahunya agar segera sampai ke depan pintu.

"Berdiri di tengah. Tatap balik kamera. Pencet belnya."

Jungkook menatap Arthur, bingung dan takut.

"Do it, bird."

Jungkook patuh. Memencet bel sekali, tapi langsung menatap Arthur lagi, seperti tidak yakin dan butuh dibimbing. Arthur menunjuk kamera, mengingatkan Jungkook untuk menatap kesana.

TING TONG

TING TONG

Mereka menunggu hampir lima menit. Mungkin Jinwook sudah tertidur. Memikirkannya saja membuat emosi Jungkook mendidih lagi. Kalau benar pemuda itu tertidur setelah percobaan yang hampir dilakukannya pada Jungkook...

TING TONG TING TONG TING TONG TING TONG

Jungkook memencet bel itu makin brutal dari menit ke menit. Arthur mengawasi, ujung bibirnya agak naik melihat kelakuan Jungkook.

Pintu membanting terbuka. Jinwook muncul dari dalam, sontak mengulurkan tangan bermaksud meraih leher Jungkook.

"Jungkook! Bitch—"

"Well, hello?" Arthur langsung memasang badan di depan Jungkook, pria itu menangkap bahu Jinwook dan mendorongnya masuk ke dalam.

"Siapa kau?! Keluar dari—"

BUGH! Arthur menghantam pipi Jinwook hingga remaja itu terhuyung jatuh menabrak kursi. Arthur tidak mengerahkan seluruh tenaganya. Ia masih butuh anak itu bisa bicara.

"Kudengar kau main ke kamar Jeon malam ini? Kalian main monopoli? Boleh aku ikut main?"

Jinwook terbata-bata. Tersadar orang yang baru saja memukulnya hampir menyamai tinggi pintu rumahnya. Pemuda itu bergidik, merangkak mundur. Mana mungkin ia melawan raksasa ini. Jadi yang terlintas dalam otaknya—

"H-HEL—"

"No." Arthur mencengkeram mulut Jinwook, memaksa lima jarinya masuk ke dalam sana dan mencegah suara keluar. "Mau coba gigit tanganku? Aku bisa lepas rahangmu," suara Arthur pelan. Tidak ada nada mengancam. Pria itu juga tersenyum. Tapi kelebat kilat mata hazelnya di ruangan yang gelap—

Criminal Minds - BravenWhere stories live. Discover now