31. Alteration

6K 389 83
                                    

al·ter·a·tion

/ˌôltəˈrāSH(ə)n/

the action or process of altering or being altered.

.
.
.
.

Mereka menemukannya setelah dua belas menit waktu berselang. Duduk di atas lantai di tengah kekacauan yang dibuatnya, di antara darah, daging, dan serpihan otak. Di sebelahnya seongok mayat pria yang besar tubuhnya nyaris dua kali lipat Jungkook, tergolek dengan kepala hancur, sebelah mata koyak, dan jejak-jejak lengket darah membanjiri sekujur badan toilet.

"Aku benar-benar tidak habis pikir. Kau masih punya tenaga untuk ini." Taehyung bertepuk tangan saat datang. Pemuda itu mengitari kamar mandi, menghindari darah dan ceceran daging. "Tapi ini membuatku marah. Kau tahu berapa harga untuk sewa bodyguard profesional begini? Dan kau membunuh satu disini. Soal apa kali ini? Kau tidak suka penisnya? Kurang besar?Tsk."

Jungkook meludah. "Selama kau bersikeras memintaku hidup disini, kau harus mengorbankan satu dua penjaga lagi," ujarnya di tengah ringisan. Pasti ada memar besar di pipinya, karena saat berusaha mendongak pada Taehyung, wajahnya berat dan terasa perih. "Pelihara aku butuh biaya, Taehyung. Yakin tidak ingin membunuhku sekarang?"

"Kau bisa bersikap sombong seperti ini... efek obat itu masih tersisa sedikit, eh? Cuma benda itu yang membuatmu bodoh begini, baby. Tapi dalam lima menit, saat bagian terakhir benda itu diserap oleh darahmu, kau akan memelas lagi, merengek padakku demi tetes lainnya. Apa yang harus kau tawarkan kali ini? Tidak ada lagi yang menarik dari dirimu." Taehyung mendesis, berjongkok di depan Jungkook setelah memastikan langkahnya tidak akan memicu kecipak darah. "Semuanya... Sudah kuambil. Apa lagi yang kau punya? Tidak ada."

Jungkook mendongak. Meski sambil menggigil dan kelu di wajahnya mulai berubah jadi nyeri, sebisa mungkin ia menatap Taehyung dengan sorot teguh. Ia tahu pria ini benar. Dalam beberapa menit, efek obat itu akan menghilang, dan Jungkook akan dikuasai oleh rasa sakit yang mengalahkan warasnya. Tidak akan ada kesadaran lain tersisa selain energi untuk melawan kesakitan. Tapi saat ini, ditantangnya tatapan Taehyung dengan gigi beradu kencang.

"Kill me then."

"Tsk!"

Taehyung mengocek sesuatu dari sakunya saat suara radio di tangan penjaga menyela mereka.

"Boss. Ruang kendali. Sekarang."

Taehyung berbalik jengah. "Kalian yang memerintah aku sekarang?"

Penjaga itu tergagap tegang, tapi pesan yang didengarnya di sebrang radio sama pentingnya hingga ia mengabaikan amarah di wajah Taehyung.

"Ruang kendali melacak tiga drone asing di dekat kapal kita."

Kalimat itu langsung membuat Taehyung berdiri. Tanpa berbalik pria itu menyibak mantelnya dan bergegas pergi. Langkahnya kelewat terburu-buru saat ia menjentik-jentik jari memerintah penjaga,"Bersihkan dia dan pindahkan ke kamar."

Jungkook bersandar ke belakang. Menghitung dengan napas berat. Merasakan celah-celah perih mulai merambat menghinggapi tiap jengkal tubuhnya. Sebentar lagi ia akan kembali gila, merengek bagai pengemis mengharap sekeping roti menjelang mati. Lalu Jungkook merasa geli. Drone? Drone. Sejak kapan Arthur bermain dengan benda seperti itu? Pemuda itu tertawa, memancing lirikan ganjil pria yang menggendongnya. Masih ada sedikit warasnya tersisa, menyadarkannya pada hal lain. Besar betul harapannya menginkan Arthur datang kemari, hanya lepas dua puluh menit sejak ia meninggalkan pesan dan menghancurkan benda yang jadi satu-satunya harapannya untuk mengundang Arthur kemari. Betapa kecil kemungkinan hal itu akan terjadi. Butuh keajaiban...

Criminal Minds - BravenWhere stories live. Discover now