Bagian Dua

41.9K 4K 323
                                    

Sesuai janji Kalila tadi pagi. Adik dari Kevin itu sudah menunggu Abel di depan sekolahnya.

"Hai, Kak Lila," sapa Abel yang udah main nongol aja dan duduk di kursi samping pengemudi.

Abel manggil Kalila denga sebutan Lila.

Kalila terkejut, dari mana Abel datang? Perasaan dia dari tadi merhatiin ke depan tapi gak ada tanda-tanda Abel nongol. Sekarang malah langsung di sampingnya.

"Ya Allah, kamu ini ngagetin aku aja. Kebiasaan nih, pantas Bang Kevin suka marah hahaha."

Dikaitkan dengan Kevin membuat Abel murung lagi. Iya sih Kevin itu suka marah-marah soalnya Abel orangnya suka main nongol aja gitu.

Bukan jailangkung kok tenang.

Kalila mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang. Abel nampak menautkan keningnya. Karena ini jalan arah ke kantor Kevin.

"Loh kok ke sini Kak?" tanya Abel penasaran.

"Nih, kamu kasih ini sana ke Bang Kevin. Tadi dia nitip berkas ini ke aku. Sana gih kamu aja. Lumayankan ketemu Abang. Gih sana. Aku tunggu sini ya." Kalila memberikan map berkas tersebut. Kenapa Kalila malah nyuruh Abel? Ya, Kalila sengaja. Dia tahu kok kalau Abel itu suka cinta mati malah sama abangnya. Kalila malah mendukungnya seratus persen.

Abel udah di kantor lagi jalan ke ruangan pujaan hatinya itu. Namun saat sampai di depan ruangannya Abel malah di hadang sama sekretarisnya.

"Kamu siapa? Mau ke mana?"

"Mbak, Abel mau ketemu Bang Kevin. Nih mau kasih ini," kata Abel memperlihatkan berkas tersebut.

Sekretaris Kevin mentapa Abel dari atas sampai bawah. Lalu memicingkan matanya tajam. "Kamu bohong ya? Kamu masih anak sekolah. Sana-sana pulang nanti dicariin orang tuanya loh." Abel diusir gak boleh masuk ruangannya.

"Mbak, aku itu calon masa depannya Bang Kevin. Udah ah banyak laga Mbak, awas jangan halangin Abel." Abel menerobos dan langsung membuka pintu ruangan Kevin keras.

Kevin yang lagi fokus ke laptop langsung mendongak melihat siapa yang berani-beraninya masuk ruangannya tanpa ketuk pintu. Mau dipecat apa? Kevin udah geram mau marah tapi gak jadi. Pas lihat muka orang yang berani main dobrak aja. Malah Kevin langsung berdiri dan menghampiri Abel.

"Kamu --"

"Maaf, Pak ini ada yang maksa masuk. Udah saya usir tapi malah nerobos," kata sekretarisnya di ambang pintu.

Kevin memijit pelipisnya pelan. Hadeuh udah pusing ditambah lagi. Kenapa sih Abel selalu muncul di hidupnya.

"Abang bilang dong ke Mbaknya jangan ngusir aku gitu. Aku, kan calon istri Abang." Abel merengek-rengek dengan manja.

Kevin dan sekretarisnya melotot hampir mau copot kayaknya. Sinting apa ya Abel. Berani-beraninya mengklaim Kevin sebagai calon suaminya.

"Udah kamu sana balik ke ruangan kamu. Biar saya urus dia."

"Benar, Pak?"

Kevin mengangguk dan segera menutup pintunya kencang.

Abel tersenyum puas karena dia menang dari sekretarisnya itu.

"Aduh, Abang manis banget sih. Belaiin aku gitu. Jadi makin sayang deh," ucap Abel yang kegirangan.

Kevin menggertakkan giginya tajam. Lalu melempar bolpoin ke arah Abel. Tapi gak kena, Abel udah keduluan nepis.

"Kamu bisa gak sih. Gak usah ngaku-ngaku!" Kevin membentaknya kembali dengan rahang yang tegas.

Nyali Abel udah ciut sebenarnya. Tapi Abel gak boleh kalah gitu aja.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now