45 | Aku Mau

11.2K 1.4K 235
                                    

Pertanyaan udah terjawab semua. Mood bgt❤️
Thx.
___

Peluk dan genggam erat, sesuatu yang masih menjadi milikmu.
🥀

"O em ji, Rosa!"

Ya Tuhan, heboh banget. Tapi Rosa tersenyum saat memasuki ballroom. Kebanyakan yang datang memang teman kuliah. Walau sudah malam, suasana justru makin ramai.

"Lama banget nggak ketemu lo!"

Itu teriakan Ifa yang dulu kerap tiada henti mengoceh di kelas. Orang itu yang paling heboh kalau ada berita menggemparkan. Ternyata tidak berubah.

"Apa kabar, Fa?"

Ifa berjingkrak, seakan pertanyaan dari Rosa sangat jarang terjadi. "Baik banget. Lo pasti juga. Astaga, hairstyle lo keren banget. Nyalon di mana?"

Rosa hanya mengedikkan bahu. Ia mengikuti Ifa yang berjalan masuk dan mencari tempat duduk. "Nggak nyalon."

"What?" Ifa nampak terkejut. Ia bahkan sampai berdiri di depan Rosa, menghalangi jalannya. Mata Ifa memicing. "Lo bisa ngelakuin itu sendiri?"

Rosa mengangguk bingung. Walau harus menghabiskan waktu untuk mematut diri lumayan lama di hotel tadi, tapi ternyata style curly bob untuk rambut sebahunya yang lurus tidak sesulit yang dibayangkan.

"Hebat. Gue bahkan nggak bisa jadi hairstylist buat diri gue sendiri." Tangan Ifa terangkat satu untuk menyentuh ujung rambut Rosa lalu berdecak. "Keren banget. Baju lo juga, astaga. Andai gue punya muka cakep pasti pake apa pun juga cocok. Kalo gue pake gaun kayak lo malah jatuhnya kayak binaragawan. Lengan segede gini, apalagi betis gue kayak pentungan satpam. Sama sekali nggak banget."

Rosa terdiam sejenak mendengar gerutuan Ifa, tapi sedetik kemudian tawanya berderai. Kenapa mendengar hal seperti itu saja membuatnya tertawa?

"Lo ketawa, Ros?" Kedua mata Ifa membulat, seolah pemandangan di depannya sangat jarang terjadi. Ini bukan Rosa yang dikenalnya selama empat tahun. Boro-boro ketawa, bicara juga paling kalau penting saja.

"Teman yang lain di mana, Fa?" tanya Rosa sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Pojok sana. Ada Indri juga kok. Si Olif masih di-make up."

Rosa mengangguk dan kembali melangkah berdampingan Ifa. Tema pernikahan yang romantis. Itu yang tertangkap mata Rosa. Ia bisa melihat dekorasi pelaminan dengan daun hijau yang membentuk sebuah atap dengan puluhan gelas berisi lilin di sekitarnya.

Hal yang entah kenapa mengundang sendu tersendiri bagi Rosa. Ia bahagia karena sahabatnya menikah, tapi di satu sisi ada kekosongan saat melihat betapa meriah sebuah pesta pernikahan. Ia mendadak melankolis, didera rasa kosong yang kentara.

Mungkin karena seorang pasangan. Rosa kira akan baik-baik saja tanpa siapa pun yang mendampinginya. Tapi nyatanya ia merasa kurang terlengkapi. Sialnya lagi, beberapa dari lelaki yang berusaha ia singgahkan di hati, memilih pergi. Entah karena ia yang menolak, atau mereka yang undur diri.

"Danish, please stop liatin Rosa kayak gitu. Dia yang dilihatin, gue yang melting!"

Rosa baru tersadar saat itu bahwa mereka sudah sampai di kumpulan teman kuliah. Dilihatnya Danish segera meraih gelas dan meneguk minumannya saat tak sengaja mata mereka bertumbukan.

"Bakal ada yang gagal move on nih," sindir Ifa. Ia sengaja duduk di kursi paling ujung, menyisakan satu yang kosong tepat di samping Danish. "Duduk situ, Ros. CLBK, gih."

Menjemput Patah HatiWhere stories live. Discover now