32 | Keajaiban

6.5K 1.2K 249
                                    

Tak semua hal mesti diungkapkan.
Mencintaimu, misalnya.
🥀

Ren Antonio
Aku jmpt jm 7 ya syg. Msh blm kelar ini.

Rosa menggigit bibir bawahnya, menahan rasa bahagia. Ia kira Ren lupa dengan ajakannya pergi di Sabtu malam. Soalnya dari siang, lelaki itu hampir tidak ada kabar. Mungkin sibuk bekerja.

Baru saja Rosa mengetik jawaban, ia berdecak kesal karena pesan itu tidak juga terkirim. Mengecek koneksi wifi di rumahnya, ia mendesah sebal. Dengan cepat Rosa keluar kamar dan mendapati kakaknya sedang duduk di ruang makan.

"Oh, ada Kak Surya." Rosa tersenyum kecil menyadari ternyata kakaknya tidak sendirian. Pacarnya mungkin baru balik dari Bandung. Sekarang sedang melahap makanan.

"Makan, Ros."

Rosa mengangguk singkat mendengar tawaran dari Surya. Ia duduk di depan Salju dan bertanya, "Kak, wifi-nya emang bermasalah ya?"

Salju mengernyit sebelum mengecek ponsel. "Kayaknya iya," gumamnya.

"Duh," keluh Rosa tidak sabaran. Ia berkali-kali menatap pesan yang tidak terkirim. Makin membuatnya kesal saja.

"Sini Kakak tethering aja kalau penting."

Kedua mata Rosa berbinar. Kenapa tidak ingat dari tadi? Sejak magang memang Rosa tidak mengisi kuota. Percuma, di rumah dan di kantor sama saja mendapatkan akses internet dengan baik. Sekarang ia harus siapkan kuota sebanyak mungkin.

Rosa Azalea
Iya, gpp.

Rosa jadi meringis. Ia ketar-ketir melihat pesan itu tidak terkirim, padahal isinya tidak sepenting yang dipikirkan. Ia merasa dirinya aneh akhir-akhir ini.

"Tumben, protes nggak ada koneksi. Biasanya juga bodo amat." Salju yang sedang menuangkan nasi ke piring Surya, tertawa.

"Adikmu kan udah punya pacar, Sal. Wajar."

Salju menatap Rosa yang duduk di seberangnya dengan intens. "Pacarmu orangnya baik, kan?"

Rosa terdiam beberapa saat sebelum mengangguk kaku. Baik menurutnya, belum tentu baik menurut semua orang, kan?

"Syukurlah." Salju terdengar lega. Ia kembali menyandarkan tubuh ke kursi.

"Masih khawatir aja?" tanya Surya sambil menenggak minumannya. "Rosa udah dewasa, Sal. Udah tahu mana yang baik mana yang enggak."

"Iya, sih. Tapi tetep aja, babe. Dia pernah diperlakukan kurang ajar sama si Ren berengsek itu!" ujar Salju menggebu-gebu. Hal yang membuat Rosa tahu bahwa mengubah kesan pertama keluarganya tentang Ren pasti akan sulit. "Aku masih inget banget gimana kondisi Rosa waktu jemput dia. Nggak bakal bisa lupa."

Rosa menunduk mendengar nada sendu yang sangat kentara. Ia juga masih ingat itu. Sangat. Saat kakaknya berteriak di depan Ren, tidak akan memaafkan lelaki itu seumur hidup. Ia tidak menyalahkan kakaknya. Kondisi Rosa dulu terlihat seolah harta berharganya telah direnggut dengan paksa, terlebih Ren menunjukkan demikian juga.

Rosa memutuskan beranjak. Melihat kesedihan keluarganya selalu tidak sanggup ia terima. Langkahnya hanya tertuju ke kulkas, mengambil beberapa air mineral dingin dan meletakkannya di meja.

"Tuh, diambilin minum dingin sama Rosa, biar nggak emosi lagi." Surya mengusap kepala Salju saat mengucapkan itu, melihat wajah Salju yang mendadak merah padam.

Rosa terkadang iri. Ingin rasanya Ren bisa dipercaya menjaganya dengan baik, seperti bagaimana orang tuanya memercayakan kakaknya pada Surya. Ingin rasanya ia membawa Ren ke rumahnya, bercanda di pelataran rumah tiap kali berkunjung tanpa ada yang menentang.

Menjemput Patah HatiWhere stories live. Discover now