11 | Pemakluman

8.7K 1.4K 178
                                    


Berulang kali Rosa mengetikkan sesuatu, lalu menghapusnya lagi. Baru satu kata, dihapus lagi. Sampai lelah rasanya, Rosa baru berdiri dari kursi belajar tanpa menutup laptop yang di layarnya masih terpampang mesin pencarian.

Rosa menggigit jari telunjuk tangannya dan mondar-mandir di kamar. Hal yang kerap ia lakukan jika sedang resah. Merasa tidak ada hal yang berguna dari kegiatannya itu, ia lalu memberanikan diri kembali duduk. Dihelanya napas berulang kali seperti sesuatu yang akan ia lakukan membahayakan dirinya sendiri.

Memang benar, Rosa tidak mau tahu lebih banyak tentang seseorang karena itu akan membuatnya justru ingin mengetahui hal lebih dan lebih lagi. Tapi entah kenapa kali ini jarinya bergerak cepat di laptop. Dalam sepersekian detik lamanya, sesuatu yang baru ia ketikan menampilkan hasil yang membuatnya seketika membelalak.

Rosa yakin jika nama seseorang diketikkan di mesin pencarian, hanya akan muncul akun sosial media mereka, blog, itu pun kalau mereka punya, dan hal-hal lain yang tidak aneh-aneh. Tapi yang terpampang di matanya sungguh membuat Rosa pusing. Ini terlalu banyak. Hanya sebuah headline saja membuat Rosa meringis kecil, tidak menyangka bahwa niatnya untuk mencari tahu justru berakibat fatal.

Fakta Ren Antonio, Penyekap Dosen UCB, Diduga Memiliki Dendam Pribadi?

Sosok Ren Antonio yang Hampir Menghilangkan Nyawa Mahasiswa Baru saat OSPEK!

Korban Bully Ren Antonio Jalani Pemulihan Trauma

Polisi Ringkus Ren Antonio, Mahasiswa UCB yang Dituntut atas Dugaan Penganiayaan

Fakta Terbaru Ren Antonio: Anak Pengusaha Damar Group.

Seketika Rosa berusaha mengelak dengan apa yang baru dilihatnya. Seolah benar-benar mencamkan bahwa apa yang sore tadi dilihatnya memang Ren Antonio, dan bukan seseorang yang diberitakan begitu brutal di media.

Seluruh tubuh Rosa mendadak lemas dengan napas yang memburu hebat. Ia menyangga kepala dengan kedua tangannya di meja, menetralkan jantungnya yang bertalu hebat mengetahui fakta itu. Ia salah karena melampiaskan rasa ingin tahunya dan semua berakibat fatal. Rosa mungkin tidak akan memandang Ren sama seperti kemarin. Mungkin reaksinya akan sama dengan teman-temannya, takut dan menghindar, karena sekarang ia merasakan hal itu.

Rasa takut dan kecewa yang begitu hebat, hanya karena mengetahui bahwa Ren memang penjahat.

Sedetik tadi sampai rumah, Rosa masih berpikir tentang kemungkinan mengapa Ren dulu menyekapnya, walau tidak menyentuhnya sama sekali, dan hal itu yang membuat ia membebaskan tuntutan atas Ren. Tapi jika seperti ini, ia rasa Ren memang layak diberi hukuman yang setimpal. Karena mungkin saja Ren memang berniat mencelakainya dulu. Ya, bisa jadi seperti itu.

Ketukan di pintu membuat Rosa seketika menutup laptop. Suara kakaknya diiringi pintu yang terbuka membuat Rosa menahan segala perasaan yang bergejolak di dadanya.

"Belum tidur, Ros?" tanya Salju sambil membawa kasur lipat dan meletakkan di lantai. "Kakak numpang tidur sini, ya. AC kamar Kakak mati, belum dibenerin juga dari kemarin. Mana panas banget, lagi."

Rosa belum sanggup bereaksi. Tangannya masih sedikit gemetar menyadari bahwa sosok yang hampir seharian bersamanya tadi adalah penjahat kelas kakap.

"Sakit?" Salju menyadari perubahan ekspresi Rosa. "Pucat banget."

Rosa baru bisa menggeleng saat kakaknya sudah menempelkan telapak tangan untuk mengecek suhu. "Kaget aja, Kak."

Salju mengernyit, tapi lalu kembali berbaring di kasur. "Tidur, gih. Udah malem. Tumben banget kamu begadang."

Menjemput Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang