03. Kepanikan Si Ceroboh

93.3K 8.4K 695
                                    

Sejak sampai di kantor, Andien tidak bicara banyak. Dia juga tidak menceritakan apa yang terjadi padanya saat berangkat ke kantor tadi pada rekan-rekan kerjanya.

Jujur saja, Andien sekarang masih gelisah dan malu sekaligus. Bagaimana bisa dia bertemu bos tertinggi di kantornya dengan cara se-tidak-keren itu. Mau ditaruh dimana wajah Andien sekarang? Bagaimana kalau tiba-tiba dia dipecat? Bagaimana kalau gajinya dipotong?

"Bengong mulu, An. Lagi mikirin yang enggak-enggak, ya?"

"Bilang aja lo yang lagi mikir mesum, Dim!" Balik Lintang yang membuat Dimas nyengir tanpa malu.

"Mas, mbak."

Sarah yang duduk dekat Andien menjadi orang pertama yang menoleh.

"CEO kita namanya siapa?"

Andien tidak tahu dia ini pegawai teladan atau tidak karena belum mengetahui nama CEO perusahaan itu setelah tiga hari bekerja. Tapi, memang dia belum diberitahu secara detail struktur organisasi disini, mungkin karena Pak Reza, si HRM waktu itu buru-buru mengejar jadwal meeting.

"Oh iya, lo belum tau ya, An. Namanya Pak Dirga, anak pemilik perusahaan ini." Kata Lintang memuaskan rasa penasaran Andien.

"Ciri-cirinya kayak gimana, mbak?"

Kalau cowok yang tadi pagi gak boong, harusnya ciri-cirinya bakal sesuai sama jawaban Mbak Lintang nanti.

Pikir Andien sih begitu, siapa tahu kan lelaki itu berbohong? Lagi pula, CEO mana yang hanya memakai kemeja putih polos ke kantor? Dimana jas super elegan dan mahalnya? Ya... walaupun jam tangan Rolex yang dipakai sudah menunjukan betapa kayanya dia, tapi siapa tahu kan dia berbohong?

"Lo masih gak tau muka Pak Dirga, Ndien? Parah sih, cowok cakep itu, Ndien! Anugerah Tuhan yang mubazir kalau dilewatin."

Sarah memang berbicara fakta, faktanya memang satu kantor ini tidak mungkin tidak kagum melihat sosok Pak Dirga, si CEO tampan yang penuh pesona. Apa lagi, masih lajang. Wanita mana yang tidak ingin menjadi istrinya?

"Wajar kali, ah. Dia kan belum pernah ketemu langsung sama Pak Dirga. Oh iya Ndien, kalau mau tau Pak Dirga, tuh flyer yang nempel di papan belakang lo ada mukanya Pak Dirga." Kata Reno sambil menunjuk papan putih yang penuh dengan beberapa flyer, tulisan oleh spidol hitam, dan foto-foto tim marketing di belakang Andien.

Andien melihat ada selembar flyer kecil disana yang paling menarik perhatiannya, Andien sudah sadar sejak pertama masuk ke ruangan ini, namun ia tidak pernah penasaran dengan isi flyer tersebut, lagi pula dari jauh pun tidak terlihat jelas apa isi tulisannya.

Sontak Andien berdiri, menggeser kursinya dan mendekati papan, sedikit menjinjit untuk melihat dengan jelas.

Dirga Bramasta Arjaya
Best Property Creator of 2020, CEO of The Greatest Company : Arjaya Group.

Andien menelan ludahnya kasar, kakinya yang mulanya berjinjit, kini ia lemaskan. Ah, maksudnya kakinya tiba-tiba lemas sendiri setelah melihat nama, jabatan, dan yang paling mengejutkan adalah foto laki-laki dengan jas hitam seukuran tubuhnya, rambut disisir rapi ke belakang, dan struktur wajah tegasnya.

Gue pernah bego, tapi belum pernah sebego ini.

"Yang ini, mbak?"

Entah kenapa Andien masih tidak mau menerima kenyataan. Sekarang telunjuk kanannya menempel pada wajah yang ada di flyer itu, menunggu jawaban Lintang yang akan menjadi penentu untuk terakhir kalinya.

"Muka lo kenapa sih, Ndien? Kok kayak kaget gitu? Dia emang ganteng, tapi biasa aja kali, belum juga liat aslinya, pingsan lo yang ada."

Masalahnya gue udah liat aslinya, mbak! Dan bukan mau pingsan lagi sekarang mbak, tapi mau mati aja rasanya.

[6] Stop, Pak!Where stories live. Discover now