49. Dirga Mengacau!

24.6K 1.6K 62
                                    

Malam ini sesuai janji yang telah dibuat, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu bernama Marasika akan bertemu lagi dengan Farhan. Lelaki tampan yang nampak mapan walau Marasika tidak tahu betul latar belakang Farhan, mereka baru kenal sebab insiden makalah dan ban mobil milik Farhan.

Marasika tidak munafik atau mencoba menjadi berbeda dari perempuan lainnya, bahwa memang dia memuji ketampanan sosok Farhan. Lelaki itu memiliki pesona yang kuat.

Sejujurnya juga, Mara sangat malu setelah memohon bantuan Farhan. Dia bukan orang yang mudah meminta bantuan orang lain, tetapi kasus tempo hari bukan hal yang bisa Mara tangani sendiri. Sekarang setelah masalahnya dengan dosennya mampu dibereskan oleh Farhan, Mara harus menelan habis rasa malunya untuk kembali bertemu dengan Farhan sesuai dengan janji mereka.

Mara berjalan di trotoar sekitar lima menit saja dari kostnya, sampai tiba di tempat tujuan yaitu taman yang menjadi tempat terakhir kali mereka bertemu dua hari lalu. Di luar dugaan Mara, Farhan ternyata sudah duduk di kursi taman itu, lebih dulu tiba dari pada Mara.

Gadis itu memakai hoodie putih yang sangat besar, hampir menenggelamkan tubuhnya, dipadukan dengan sweatpants abu-abu yang membuat Mara terlihat seperti berusaha bertahan di cuaca dingin.

Farhan? Lelaki itu sepertinya selalu memakai setelan jas, sampai-sampai Mara mengerutu dalam hatinya kenapa pria itu harus selalu tampil serapih ini padahal mereka hanya akan duduk dan berbicara paling tidak satu jam saja.

Lelaki itu berdiri saat matanya menangkap sosok Marasika yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sebuah Tindakan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, pikir Mara. Itu membuat Mara berpikir bahwa Farhan terlalu sopan? Atau berlebihan? Atau itu memang respon alaminya? Entahlah, Mara tidak pernah berurusan dengan orang asing sampai seperti ini sebelumnya.

"Malam," ucap Farhan pada Mara yang kini sudah berhenti melangkah dan berdiri tepat di depan Farhan yang tingginya menjulang, mahasiswa laki-laki di kelasnya bahkan tidak ada yang setinggi Farhan.

Mara menurunkan tudung hoodienya dan membiarkan angin malam berhembus menyusup ke antara helaian rambut hitamnya, sedikit tertiup-tiup ke belakang sebab angin datang dari arah depannya.

Untuk sesaat ia menyadari bahwa Farhan seperti sedang memperhatikan wajahnya, namun Mara tidak punya banyak waktu untuk mengamati lebih lama sebab ketika matanya bertemu dengan mata dengan sorot tenang milik Farhan, Mara ikut tenggelam di dalamnya.

"Malam kak." Walau terlambat membalas, tetapi Mara setidaknya punya kesempatan untuk membangunkan dirinya yang terjatuh di dalam tatapan indah lelaki itu. Mara mengutuk dirinya dalam hati, ini bukan waktu yang tepat untuk hal-hal tidak penting.

Pertama kali mereka bertemu, Farhan ingat sekali ada rona merah muda di pipi gadis itu, yang mana adalah pemerah pipi yang dikenakan. Pertemuan kedua, gadis itu tidak memakai riasan apapun, hanya bibirnya yang dipoles cantik. Hari ini juga sama, ia hanya memakai pemerah bibir yang warnanya cenderung lembut, Farhan betul-betul memperhatikan sejak gadis itu semakin mendekatinya tadi, dan tidak ada pemerah pipi, Farhan bersumpah.

Namun sekarang pipi gadis itu tiba-tiba berwarna kemerahan. Apa dirinya yang salah lihat? Atau mungkin itu terjadi karena kedinginan?

"Saya tadi liat ada banyak café bagus sekitar sini, kamu keberatan kalau kita kesana?"

Marasika menggelengkan kepala, sepertinya itu jauh lebih baik dari pada harus berduaan di tempat sepi yang hampir seram seperti ini. Taman ini sebenarnya indah dan terawatt, hanya saja saat malam hari memang sangat sedikit orang yang data, umumnya ramai di pagi dan sore hari, kebanyakan juga mereka yang datang adalah keluarga. Anak-anak kecil ramai di sore hari, orang-orang tua memang cenderung tidak membiarkan anak-anaknya bermain sampai malam.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang