47. Not Eating, Go Kissing

36.4K 2.3K 129
                                    

Sudah pukul sebelas lebih lima puluh menit. Tandanya sebentar lagi waktu istirahat makan siang. Dari rumor yang beredar, Andien dengar di kantin kantor hari ini menunya makanan laut dan sudah pasti enak. Semakin tidak sabar mengisi perutnya yang sudah meronta-ronta ini.

"Iklan di medsos udah pada dimulai hari ini kah, guys?"

Pertanyaan Reno membuat ruangan yang tadinya hanya dipenuhi oleh suara ketikan komputer kini menjadi hening sejenak. Lintang menjawab, "Iklannya tayang besok, Reno. Astaga, emang nggak baca grup?"

"Tau nih Reno, kerjaannya ngegame mulu sih!" pancing Sarah.

"Dih mana ada! Noh Dimas yang main game, gue mah engga," katanya sembari menunjuk ke arah Dimas yang menaikan kaki ke atas kursinya dengan nyaman dan sibuk bermain game di ponselnya, seolah sudah tuli.

"Kalian berdua tuh sama aja kelakuannya. Cuma beda shift aja. Gilir-giliran," komentar Lintang yang mengundang tawa para wanita di ruangan itu, sedangkan Reno hanya bisa membelalakkan matanya karena menjadi korban pembicaraan sedangkan Dimas baru saja berteriak karena kalah dalam permainan online itu.

"Apa nih bahas-bahas gue? Anak baik gaboleh difitnah-fitnah loh..."

Pinkan menatap sinis pada Dimas. "Fitnah apaan. Lo emang kerjaannya ngegame mulu tuh."

"Udah-udah, mending siap-siap nih udah mau jam istirahat. Gue udah laper banget," ujar Sarah sembari merapikan mejanya yang sedikit berantakan.

Andien yang juga hendak merapikan mejanya dibuat menghentikan aktifitasnya saat melihat notifikasi pesan masuk di ponselnya. Tertera nama Dirga disana yang jujur saja membuat Andien senang, sebab mereka terakhir berkomunikasi pagi tadi saat tiba di kantor, setelah itu nampaknya Dirga sudah langsung menghadiri meeting sehingga cukup sibuk karena meeting berjalan cukup lama.

Sudah makan?

Andien dengan cepat membalas bahwa dirinya belum makan, baru saja akan pergi makan bersama teman-temannya. Dan tidak lama setelahnya, Dirga membalas pesan Andien.

Saya lapar. Ayo ke ruangan saya.

Andien mengerutkan kening. Mana tawaran untuk makannya? Padahal di awal dia bertanya apakah Andien sudah makan atau belum, tetapi setelah dijawab bukannya menawari makan malah mengadu dirinya sedang lapar.

Yah, tapi sebenarnya tentu itu ajakan untuk makan juga. Tapi lelaki itu kadang tidak memberi kalimat yang lebih jelas.

"Eummm... Andien nggak makan bareng kalian ya hari ini." Andien ragu-ragu menatap rekan-rekannya yang ternyata sudah berdiri dan siap berangkat ke kantin.

Awalnya mereka semua diam dan kebingungan, namun tidak lama setelahnya mereka teringat bahwa Andien ini adalah 'gadisnya bos', barulah mereka menepuk kepala dan beberapa ada yang bergumam.

"Aaaaa... paham, paham! Selamat makan siang bareng pak bos ya, Ndien!"

"Astaga enak banget. Gue kapan coba bisa gaet laki kayak pak bos," keluh Pinkan.

Andien yang malu menjadi bahan pembicaraan pun segera berdiri dan mengucapkan pamit kepada mereka semua sebelum membuka pintu dan berlari kecil ke arah lift.

Sesampainya dia di depan pintu ruangan Dirga, Andien mengetuk pintu dua kali sebelum membuka pintu dengan menggesernya ke samping.

Hal pertama yang menjadi pusat perhatian Andien adalah Dirga yang duduk di kursi kebesarannya dan nampak mengalihkan perhatiannya dari layar komputernya, memperhatikan Andien yang sedang melangkah perlahan mendekatinya.

Masalahnya lagi, Dirga mengulurkan tangan kanannya untuk Andien. Memangnya lelaki itu pikir Andien tidak tersipu malu disini?

Namun Andien segera meraih tangan Dirga dan merasakan dirinya ditarik perlahan hingga dibuat duduk menyamping di atas satu paha lelaki itu.

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang