18. Do not Expect Too Much

884 88 13
                                    

'Jangan terlalu berharap pada manusia. Karena semua sudah dirancanakan oleh yang diatas'

Alevan dan Alesha sudah sampai dibandara Soekarno-Hatta, Alesha menghirup udara sekitar bandara yang sangat dia rindukan. Dia seketika mengurungkan niatnya untuk tinggal saja di Korea, lalu atensi Alesha menatap Alevan yang hanya diam.

"Ale? Kamu kenapa sayang?" tanya Alesha menatap suaminya dengan lekat.

Alevan menghela napasnya berat kemudian dia berkata, "Aku kok tiba-tiba kangen kantor, ya Echa? Pengen banget kesana"

Alesha terdiam mendengar ucapan Alevan, gadis itu kemudian menghela napasnya pelan lalu mengelus bahu kiri Alevan kemudian pipinya dengan lembut.

"Kalo kamu kangen sama kantor...kita kesana aja yuk? Karyawan kamu juga kayanya kangen juga sama CEO kesayangan mereka" ucap Alesha yang membuat bibir Alevan tertarik membentuk sebuah senyum.

"Kamu yakin mereka masih anggep aku? Bahkan aku berpikir kalau semua orang kantor udah lupain aku" balas Alevan yang mrmbuat Alesha memajukan bibir bawahnya.

"No no no! Kamu jangan pesimis kaya gitu sayang!" ujar Alesha kemudian mencubit pipi Alevan gemas.

Selang beberapa menit kemudian sebuah mobil pajero sport warna putih memasuki area bandara dan berhenti dihadapannya.

"Mbak Alesha, mas Alevan" Bisma yang datang untuk menjemput Alevan dan Alesha.

"Eh, Bis? Tolong bawa semua koper kita masukin kebagasi" suruh Alesha yang hanya dibalas anggukan Bisma.

#skip

Raidin sedang tidak fokus pada kerjaannya, padahal dia sudah bertekad selama Alevan buta dia harus mempertahankan kejayaan Ardian Group tapi malah dia tidak fokus.

Tok...tok...tok

"Masuk!" teriak Raidin saat dia mendengar ada yang mengetuk pintu.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah Bunga, sekertaris Alevan yang sangat profesional dan pekerja keras.

"Permisi pak...saya ingin memberitahu jika besok ada meeting dengan beberapa klien penting dari Inggris" ujarnya tersenyum simpul.

"Ah, iya...saya hampir lupa kalau besok akan ada tamu dari Inggris. Saya ingin penyambutannya sederhana tapi elegant" ujar Raidin sambil memijit keningnya.

***

Bunga sudah seperti teman bagi Raidin karena jarak umur mereka yang hanya beda satu tahun, Bunga menatap kearah pintu ruangan mengecek apakah ada orang atau tidak.

"Raidin...lo kenapa? Kok kaya ada problem? Berantem lu sama doi?" tanya Bunga beruntun.

"Bukan, Bung...ini masalah bos lu" jawab Raidin yang membuat Bunga refleks duduk dikursih sebrang Raidin.

"Maksud lo pak Alevan?" tanya Bunga dengan kedua netranya sudah membulat sempurna.

"Iyalah siapa lagi bos lu selain si Alevan!" sarkas Raidin yang membuat Bunga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

My Perfect Husband 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang