42. You Never Know

920 75 41
                                    

Merindukanmu itu seperti hujan yang datang tiba-tiba dan bertahan lama. Bahkan setelah hujan reda, rindu ku masih terasa.

Alesha terdiam di tepi jendela sambil menyenderkan kepalanya ke jendela, dia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Kenapa harus gue yang alamin... Ale suami gue sendiri, kenapa harus dia Tuhan?"

Ceklek...

"Bunda!"

Atensi wanita itu berubah saat ada yang memanggilnya, Alevran datang dengan raut wajah dan tatapan datar.

"Evan..."

Alevran langsung memeluk Alesha dengan erat, anak laki-laki itu walau umurnya kecil tapi pemikiran sudah dewasa.

"Bunda berantem sama Papa?"

Alesha hanya menggeleng sambil mengelus rambut cokelat Alevran dengan lembut, melihat Alevran selalu mengingatkan Alesha pada suaminya.

"Bunda, Evan gak suka Bunda sama Papa berantem. Evan mau kalian cepet selesain masalah kalian," ucap Alevran tegas.

"Kamu gak ngerti masalah Bunda sama Papa sayang,"

Alevran cepat membalas. "Justru itu Bunda, karena aku gak ngerti masalah Bunda sama Papa kalian harus selesain. Papa udah cukup menderita, Bun, Papa cinta sama Bunda dan gak mau kehilangan Bunda, Bunda ngerti itu dong!"

Air mata anak laki-laki itu keluar dengan sendirinya, dia tidak dapat menahannya lagi. Alevran benci jika kedua orangtuanya bertengkar seperti sekarang.

"Hargai, sebelum pergi. Karena seseorang akan terasa lebih berharga saat Bunda benar-benar kehilangan,"

Setelah itu Alevran benar-benar pergi meninggalkan Alesha sendiri, dia tahu bahwa Alevran sudah menyakiti hati ibunya tapi dia juga tidak ingin keluarganya hancur.

"Hargai, sebelum pergi. Karena seseorang akan terasa lebih berharga saat Bunda benar-benar kehilangan,"

Ucapan Alevran terus bergema di telinganya, kenapa? Kenapa Alevran sangat mirip dengan Alevan baik itu fisik maupun sifatnya kenapa semuanya harus terlihat jelas?.

"KENAPA HARUS AKU YANG MENGALAMINYA TUHAN!!!"

Alesha perlahan menyenderkan tubuhnya di tembok bersamaan dengan suara petir di susul hujan yang turun dengan deras, kenapa di saat dia mendapat kebahagiaan Tuhan langsung menghantamnya dengan kesedihan.

***

Alevan masih betah berdiri di taman belakang rumahnya, tidak peduli dengan air hujan yang terus membasahi tubuhnya.

"Aku seneng kamu akhirnya bisa lihat wajah aku sayang,"

"Aku janji aku gak akan pernah tinggalin kamu Ale,"

"PERGI KAMU!!! AKU GAK MAU LIHAT KAMU LAGI ALEVAN!!!"

Alevan memejamkan kedua netranya dengan perasaan yang campur aduk, namun saat dia membuka mata air hujan masih menetes tapi kenapa tidak terkena tubuhnya.

My Perfect Husband 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now