Scene 20 Slowly Quietly

1K 138 10
                                    

Yang terburuk dari mengidap
gangguan mental adalah
orang-orang selalu berharap
kau bersikap normal

Zoya



Perkataan Lucas barusan mengingatkanku pada momen pertama kami berkenalan—di Intercinema beberapa minggu lalu. Dia dengan mudahnya langsung mengajukan diri mengajak sahabatan. Haha, yang bener aja. "Yaudah temenan dulu deh temenan," katanya waktu itu.

Sekarang dia mengulang pertanyaannya. "We are friend right?"

Mungkin itu alasannya dia punya banyak teman dan kenalan di mana-mana.

"Zoy?"

Aku mengangguk meresponsnya. "Iya, iya. Puas?" Apa lagi yang mau dia sampaikan coba, aku jadi penasaran.

"Ya, kalo gitu berarti misalnya ada apa-apa lo bisa ngomong atau hubungin gue kapan aja. Easy, kan?"

Iya, baiklah.

"Itu aja?"

Lucas sedikit berpikir dan mengedip-ngedipkan matanya. "Ada banyak keuntungan lainnya pokoknya."

"Kok gue kayak lagi ditawarin sales buka kartu kredit baru ya."

Dia malah tertawa dan memukul lenganku. "Haha, apa sih."

"Aduh!" Aku mengusap tanganku dan menatapnya protes.

"Guys, liat ke sini!" Seorang kru yang bertanggung jawab atas photo still tiba-tiba berada di depan kami bersiap membidik dengan kameranya. Lucas dan aku langsung berpose. "Thank you!" kata orang itu mengacungkan jempol.

"Jadi ..." usai gangguan, Lucas melanjutkan obrolannya. "Gue boleh tau apa yang terjadi sama lo dong. Lo juga bisa sharing apapun kok. Gue dengerin."

Aku tersenyum miring. Klise, pikirku. Dulu orang-orang juga selalu bicara demikian. Berlagak perhatian tapi begitu kujelaskan kondisiku yang sebenarnya, mereka perlahan berubah.

   "Lo ke psikiater?"
   "Lo ke RSJ?"
   "Lo gila?"

Mudah sekali melabeli seseorang. Memangnya mereka tahu aku kenapa? Dan bisa ditebak, mereka menjauh sejauh-jauhnya. Seolah keadaanku adalah sebuah aib. Tapi memang itu dulu. Entah sekarang bagaimana, apakah masih sama reaksi dan sikap orang-orang terhadap penyintas sepertiku. Bahkan dulu aku sempat menduga Wiona dan Sevy pun bertahan di sekitarku karena bagian dari tugas aja. Nggak ada yang benar-benar tulus.

Kendati, di lain sisi, aku teringat sikap baik Sevy padaku dan kata-katanya kemarin. Aku harus menahan diri supaya kondisiku nggak diketahui publik dan demi kelangsungan karier.

"Will do, Luke. Thanks." Kujawab singkat. Berharap agar topik ini segera diganti.

"Bener, ya?" Dia membulatkan matanya lagi. "Tapi kayaknya lo belum percaya deh sama gue."

"Yaudah iya. We'll see."

"Ayo lanjut, guys!" Joan muncul bagaikan penyelamat. Aku segera berdiri menghampirinya, meninggalkan Lucas yang masih menatapku.

Sambil berjalan di sebelah Joan, iseng-iseng aku bertanya tentang syuting kemarin padanya.

"Kemarin lancar, Kak Jo?"

Thespian ; Hendery ✓Where stories live. Discover now