Scene 17 Déjà Vu

1.1K 137 17
                                    


"You are not a victim,
Just a fighter with scar that
few can understand.
Sometimes you are alright."

Said me to myself

—Zoya

Wiona akhirnya membawaku ke kawasan Thamrin. Ketika Pak Sam menurunkan kami di lobby mal PI, hujan sudah berhenti.

"Mau ketemuan di mana? Sama Ichal, ya?" tanyaku membuntuti langkah Wio.

"Di La Moda. Tapi masih setengah jam lagi. Ke mana dulu ya, Zoy?" Dia malah balik bertanya. Yaudahlah aku ajak aja dia ke store makeup. Karena moodku lagi bagus, kubiarkan dia memilih produk yang masuk dalam wishlist-nya. Kusarankan juga brand yang pernah aku pakai.

Beberapa orang di dalam store Sephori tampak menatapku lalu tersenyum. Aku berusaha bersikap ramah. "Leave it on me," kataku saat melihat Wiona ragu memilih. Aku menunjuk barang dalam basket-nya. "Dua-duanya aja gapapa. Yang itu juga kan lo pengen banget. Baru masuk Indo tuh."

"Beneran? Duh, lo kok tiap lagi seneng baik banget sih. Gue doain lo seneng terus ya, Zoy. Semoga lo selalu bahagia, happy terus sama Dera juga."

Ucapan itu terdengar tulus terlontar dari Wiona yang terus memasang senyum senang. Aku jadi ikut mengulas senyum. Sebenarnya, ini juga bentuk permintaan maafku atas kelakuan kasar yang tanpa sadar kulakukan padanya.

Selesai membayar dan keluar dari store, kulihat Wiona menelepon seseorang. Kurangkul tangannya sambil berjalan. Kukira dia menghubungi Ichal, ternyata orang yang kemudian dia temui di Voyage itu salah satu kru WonDay. Ebi nggak ikut tur ternyata.

"Hei!" Wiona melambai pada cowok yang berjalan mendekat itu. Tanpa banyak bicara, dia menyerahkan sebuah paperbag biru dan kunci mobil Marchku kemudian langsung pamitan.

"Gue langsung ya, Mbak."

"Thank you, Bi. Nih, Zoy," Wiona menyerahkan salah satu benda itu padaku. "Titipan Dera."

Aku menatap paperbag glossy bertuliskan brand Jewel & Co dengan ekspresi bingung. "Apaan ini? Gue kira dia mau balikin kunci mobil doang. Mana sini kunci gue."

"Eeh, nggak boleh." Wiona menjauhkan tangannya. Dia menunjuk paperbag. "Ini aja. Yang tadi Dera bisikin ke gue tuh ini. Harusnya selesai kemaren katanya. Buka dong!"

Ini hadiah dari Dera? Kulihat sebuah kotak di dalamnya. Umm... hadiah dalam rangka apa? Di dalam kotak, tampak sebuah kalung dan liontin emas putih diamond shape Fleurie. Wow, aku  pura-pura kaget dan terharu mengusap air mata. "Waah! Hiks hiks."

Wiona malah tertawa. "Alah lebay lo. Sini gue pakein."

Tangan Wio dengan cekatan mengaitkannya. Dia lalu menyodorkan kamera depan ponselnya untuk aku bercermin. It's beautifully shining. Walaupun bukan orangnya langsung yang memberikannya, rasanya kebahagiaanku makin berlipat-lipat hari ini. Tapi aku nggak bisa mengekspresikannya selain cuma tersenyum merasakan sejuk yang meresap dalam hati.

"Cocok ih, matching sama baju lo putih. Sama anting lo juga," kata Wiona. "My friend is getting married soon, right?"

Kudengar bicaranya melembut. Aku menoleh, tatapan binarnya lurus menuju mataku. Belum sempat menjawab apapun, ponselnya yang berada di tanganku bergetar ada panggilan masuk. Kulihat kali ini nama Ichal yang muncul.

"Halo ... Oke, kita ke La Moda." Wiona langsung bergegas. "Yuk," katanya sembari menggandengku. Wiona gesit sekali kalau bergerak. Nggak heran semua urusan bisa cepat ditanganinya.

Thespian ; Hendery ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें