Postlude

1.1K 128 19
                                    

"When you realize you want to
spend the rest of your life with somebody,
you want the rest of your life
to start as soon as possible."

as felt by Zoya

"I don't know what I'd be doing
without you
You love who I am."



ZOYA

Pagi ini terjadi momen langka. Aku terbangun tanpa alarm atau terganggu dering telepon dari Kak Sevy. Rasanya tubuh sangat segar sejak terjaga. Istirahat semalam terasa cukup untuk memulihkan tenaga usai aktivitas seharian kemarin.

Jarum jam baru mendekati enam. Aku menekan remote untuk membuka tirai jendela, mengamati langit yang masih belum terlalu terang. Melangkah ke dapur, aku lalu menyeduh kopi tanpa gula dan menyalakan microwave untuk membuat sarapan. Tak ketinggalan, kuambil sebuah apel dari dalam kulkas. Akhirnya aku bisa menyiapkan sarapan sendiri lagi. Setelah berminggu-minggu menginap di rumah Mama, aku merasa terlalu diperlakukan bak putri raja di sana. Asistennya banyak sekali. Mereka memang sigap, tapi aku tak terbiasa dengan segala treatment itu.

Sambil menggigit buah merah itu dan duduk di barstool, aku membaca deretan pesan di ponsel. Kak Sevy mengingatkan hari ini jadwal kerjaanku hanya ke acara presscon untuk beauty product.

Kak Sevy
| Ini jadwal terakhir kamu minggu ini dek

Okay, beres. Dan setelah itu, aku merdeka!

Eh, nggak juga sih sebenarnya. Ada banyak tugas menunggu, mengecek persiapan acara. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Hari H sudah dekat. Untunglah sebagian besar persiapan sudah ditangani dengan baik oleh Kak Joie. Dia memang profesional sekali menampung ide dan menerima seluruh masukan dariku dan Dera.

Hmm ... btw, Dera jam segini pasti belum bangun. Jemariku lalu mengetikkan pesan untuknya. Banyak dan berderet. Sengaja supaya ponselnya bunyi. Setelah menekan send, aku menggulir layar ke pesan-pesan sebelumnya di atas. Ada aja yang membuatku tertawa lagi kalau dibaca ulang.

Fiancė
| Hoi donat mesis. Masih di lokasi?
| Aku away dulu ya, mau take. Jgn kangen
| Ikan hiu pegel-pegel
| Alafyu gerl

Dasar donat gula.

Dia juga mengirimkan selfie dengan muka derp lagi di bawah pesan yang dikirimkan kemarin itu. Aku tersenyum geli melihat ekspresinya.

Usai menyesap kopi, kunyalakan televisi supaya ada suara-suara yang menemani. Setelah puas memindah-mindah channel, baru aku bergerak ke kamar lagi untuk mandi.

Hari ini aku memilih pakaian yang kusuka dari dalam wardrobe, setelan blus dan celana palazzo stylish dari brand yang suka dipilihkan Wiona. Sekitar pukul sembilan, setelah siap semua aku memacu kendaraan sendiri ke lokasi.

Wiona sudah tiba lebih dulu di gedung tempat acaraku digelar. Kubilang dia hari ini nggak perlu repot-repot menjemput.

"Udah sarapan?" tanyanya.

"Udah. Lo?"

"Gue beli breakfast meal tadi. Mau?" tawarnya sambil duduk di sebelahku di ruangan. Aku menggeleng dan hanya memperhatikannya makan.

Briefing untuk konpers belum dimulai. Wio menemaniku mengobrol, bercerita tentang usaha rintisan fashionnya yang baru setengah jalan. Saat menyimaknya bertutur, kudengar ponselnya bergetar. Ichal menelepon.

Thespian ; Hendery ✓Where stories live. Discover now