Scene O2 Exaggerated

1.5K 177 22
                                    

"Duniaku terlalu ramai
Duniaku terlalu sibuk
Dan aku tersingkirkan"

Zoya yang kadang dibilang aneh



Empat puluh menit diterjang macetnya ibu kota, kami tiba di Intercinema. Teringat tiga tahun lalu aku memasuki gedung ini untuk audisi peran kecil, tapi sekarang keadaan berubah. Seiring waktu bergulir, kapabilitasku kian diapresiasi saat karier juga menanjak naik. Siapa sangka kan, kini mereka memintaku memerankan tokoh utama.

Sevy melangkah masuk lebih dulu mengarahkanku ke sebuah ruangan. Tampak beberapa orang yang kukenal di sana.

"Hai, Sev, Zoy!" sapa sang sutradara. Namanya Johnny, perawakannya tinggi besar. Sevy tampak akrab juga dengannya. Aku pernah sekali kerja bareng orang ini. Dia seru kalau di luar atau di waktu santai, tapi serius saat di set.

Di sampingnya duduk bapak produser, Dipa Darmasta. Wajahnya dingin, senyumnya langka. Tapi kali ini dia tersenyum sambil mengulurkan tangan.

"Gimana, gimana, udah sempet baca-baca kan ya?"

Setelah beberapa saat terlibat pembicaraan ringan, mereka mengajak ke lantai tiga.

Sudah ramai orang berkumpul ternyata di aula besar itu. Kutebak, pasti sebagian crew dan sebagian pemain. Setelah memindai, kutemukan lagi satu wajah yang tak asing: Theo!

"Kak Theo!" Seruku girang sambil mengacungkan tangan. Dia yang sedang berdiri sambil menelepon di dekat jendela membalas lambaian tanganku dan tersenyum. Theo satu manajemen denganku, tapi bukan Sevy yang mengurusi jadwalnya. Berarti kabar itu benar, dia kebagian peran antagonis di sini.

Aku celingukan mencari Sevy, dia menghilang. Kebiasaan deh kalau ada Theo dia pasti kabur. Gak pernah gitu kedua-duanya duduk bareng, salah satunya pasti menjauh. Mau sampai kapan kayak musuhan begitu?

✉️
Kak Sevy
| Barusan nemuin pimpro.
| Gue forward schedule ke Wiona
| Gue ke lokasi Airin dulu ya

Habis bertemu pimpinan produksi? Oh, dia menyebut nama Airin, seniorku yang juga berada di bawah asuhan manajemen yang sama. Emang ada schedule apa Kak Airin? Aku tertawa kecil, bisa aja nih alasannya.

"Wassup, Zoy? Sevy mana?" Suara Kak Theo yang berjalan ke hadapanku membuatku mengalihkan pandangan dari ponsel. Saat masih mengobrol dan menjawab pertanyaannya fokusku langsung teralih karena seruan Johnny.

"Hi, Lucas!"

Mendengar nama itu disebut, aku menoleh ke arah pintu. Sosok bermata besar muncul dengan senyum lebar.

Ah, itu beneran dia. Cowok tinggi yang pernah kutabrak itu sekarang mengenakan blazer kotak-kotak hitam.

Kok bisa kebetulan sih?

Bang Johnny terdengar menyebut namaku di depannya. Mereka berjalan mendekat. Mata si Lucas-Lucas itu menatapku lurus. Dia menunjukku dengan jarinya. Hey, dia ingat aku?

Awas ya kalo nyebut resleting di depan banyak orang.

Aku mengantisipasi kalimat yang keluar dari mulutnya. Kupasang senyum kaku.

"Oh, ini yang di film Janji Jono, ya? Zoya, kan?" Dia mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya. "Lucas."

Keteganganku sirna. Oh gosh, untung deh dia nggak mengungkit kejadian beberapa waktu lalu, justru menyebut judul filmku dengan benar. Aku mengangguk dan menerima uluran tangannya.

Thespian ; Hendery ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang