Scene O7 Longing

1.2K 151 21
                                    

I am caught between
A smile and a frown
What sentence do I tell
Without sounding weird?

-Zoya


Di tengah perasaan yang muncul tiba-tiba baru saja, ingatan membawaku kembali pada kejadian bertahun-tahun lalu-

Keping memori tahun pertamaku menginjakkan kaki di sekolah menengah atas.

Kala itu, dua hari sebelumnya aku berhasil mengelabui, tapi hari berikutnya kutemukan dia berada di depan sekolahku lagi.

Dia--Mas Azka.

Aku menganga terkejut. Kenapa dia selalu mengikutiku, sih.

Dia selalu menjemputku dan bersikeras pulang bersama. Oh, please padahal aku udah besar! Dengan kesal, aku berjalan cepat mendekatinya yang sedang duduk di halte bus. Dia sibuk membidik sesuatu lewat bola kristal di tangannya.

"Mas, aku udah bilang gak usah jemput. Pulang aja sendiri!" Terengah aku mengatur napas. Nada yang kukeluarkan terasa meninggi.

"Pulang bareng, Zoya."

Saat itu aku nggak suka. Aku benci dia yang nggak pernah menatapku kalau bicara. Dia nggak pernah menatap siapapun lawan bicara.

Mas Azka berdiri hendak meraih tanganku. Aku menepis dan berjalan mendahuluinya. Mataku mengawasi sekitar, kalau-kalau anak laki-laki usil yang berasal dari SMP yang sama denganku itu melihat, habislah aku. Bisa tahu seluruh sekolah.

"Zoya," panggil Mas Azka dari belakangku.

"Apa?" Aku berhenti dan berbalik menatapnya kesal. Kenapa dia nggak mau pulang sendiri? Sebenarnya bisa, tapi dia selalu mengulang rutinitas yang sama.

Kuperhatikan Mas Azka yang juga berseragam SMA itu masih sibuk menatap apapun lewat bola kristal kaca yang dibawanya kemana-mana. Aku heran apa enaknya sih? Semua kan jadi tampak terbalik. "Mas, jalan yang bener," kataku. "Cepetan loh sebelum temen-temenku liaat ..."

"Zoya, besok ada Komet Ison. Komet Ison nggak akan muncul lagi mendekati bumi. Terus Komet Lovejoy. Komet terang."

Dia seperti nggak mendengarku. Aku mulai semakin geregetan. Kakakku yang berjarak dua tahun denganku ini fisiknya tampak gagah sempurna. Orang yang melihatnya sekilas tak akan tahu dia memiliki kekurangan. Tapi, dia seperti membawa masalah bagiku.

Kutarik tangan Mas Azka agar dia mempercepat langkah. Aku nggak mau kejadian saat SMP terulang lagi.

Ejekan anak-anak itu membuatku menangis setiap malam. Demi tuhan aku tidak ingin mendengarnya lagi. Tapi semua itu seperti percuma. Kalimat itu kembali kudengar. Keesokan harinya.

Dan keesokan harinya.

"Kakaknya autis adiknya gila. Cocok!"

"Pantesan ditinggal nyokapnya. Ribet lah ngurus anak begitu."

。。。

"Zoy ..." Tangan Wiona menyentuh lenganku--menyadarkan dari lamunan. Dadaku mulai kembang kempis menahan isak.

"Kenapa?" Wiona kembali berbisik cemas. Dia menarikku duduk.

Kembali kucoba meneguk isi tumbler yang ternyata sudah kosong. Merasa kecewa, kulempar benda itu ke lantai hingga mengeluarkan bunyi berisik yang langsung menarik perhatian orang-orang.

Thespian ; Hendery ✓Where stories live. Discover now