Extra: Samudera Memeluk Rembulan

877 93 19
                                    

Thespian

Extra: Samudera Memeluk Rembulan

Halo, teman-teman!
Before read this,
Please reread part sebelumnya biar sekaligus refresh ingatan duls.

Ready, go!

Ready, go!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ZOYA

Suara yang kukenal terdengar dari kamar bermain di sebelah kamar tidurku. Dialog dan tawa gemas itu cukup membuatku penasaran dan mendekat untuk memastikan dugaan. Sepagi ini, rupanya Om Ale udah tiba. Setelah disibukkan dengan aktivitasnya di luar negeri, hari ini dia datang dan langsung main sama keponakannya.

Sejak lama, dari Bulan masih berusia empat minggu, Om Ale selalu menyempatkan datang pagi-pagi untuk menyapanya. Masih lekat dalam ingatanku, rutinitasnya merekam video Bulan yang baru bangun tidur sambil mencolek kedua pipi bulatnya waktu itu.

"Selamat pagi. Sudah sarapan? Ayo sarapan bakpao, ini pipinya Embuy seperti bakpao siap dimakan."

Sampai hari ini pun tak ada bedanya. Paman kesayangan anakku itu ternyata udah membawa berkotak-kotak hadiah yang kulihat sudah memenuhi kamar Bulan, bersama dengan tumpukan hadiah dari Eyangnya kemarin.

"Selamat satu tahun, Embuy!" ujarnya. "Maaf, Om Ale telat yaa.... Om Ale bawain banyak hadiah. Mau main jolly jumper nggak? Yuk!"

Kata-katanya setelah itu membuatku tersenyum memperhatikannya dari ambang pintu. Bulan yang berdiri di dalam baby box-nya sesekali merespons dengan gumaman dan babbling bahkan melompat dan menyentuh tangannya, membuat Ale makin bereaksi senang.

Satu tahun. Waktu berjalan begitu cepat. Bulan ternyata sudah hadir dalam kehidupanku setahun lamanya. Belum luntur kukira, campur aduknya perasaan yang sempat muncul saat mengandungnya. Tak terhitung jumlah buku-buku parenting yang kulahap, jumlah jam untuk bicara dan konsultasi ke ahli, serta ribuan pikiran negatif yang kuhadang jauh. Betapa aku khawatir akan menderita Baby Blues tak terkira karena ada riwayat ketidakstabilan mental yang kumiliki.

Memang berat rasanya. Namun, semua itu luruh.

Begitu menyentuh jari kecilnya pertama kali, rasanya luar biasa. Kupandangi wajah makhluk mungil yang tumbuh dalam diriku, yang sudah kucintai sebelum aku melihatnya, dan yang membuatku kuat ini. Rasanya masih nggak percaya aku bisa melahirkan manusia ke dunia dan mendadak memiliki peran besar sebagai ibu. Walaupun setelah itu tetap ada perasaan takut dan cemas, apa bisa aku mencukupi dan merawatnya dengan baik kelak.

Aku baru mengerti besarnya rasa sayang mama kepadaku justru setelah jadi ibu. Aku juga baru memahami ternyata rasa cinta bisa sedemikian besarnya sampai aku jadi ingin melimpahi putriku dengan cinta tiada batas. Menjadi saksi perkembangannya, melihat langkah pertamanya, membuatku gembira setiap hari. Serunya punya anak perempuan, ada yang akan menjadikanku role model-nya.

Thespian ; Hendery ✓Where stories live. Discover now