Twenteeth Chapter

41 10 0
                                    

"Kamu perlu berpacaran, supaya tahu rasanya bagaimana."

✈✈✈

Meskipun berusaha berpemikiran positif untuk Ayah, aku tetap merasa takut pulang ke rumah. Pagi tadi aku menemukan Ayah tergeletak di depan pintu kamar, tidur dan tak sadarkan diri. Aku melangkah pelan-pelan ketika manuju ke sekolah tanpa sepengetahuan Ayah.

Tak dapat kupikirkan bagaimana keadaan emosi Ayah saat ini dan bagaimana dia berkerja hari ini. Dia bisa dipecat jika terus-terusan seperti ini.

Dengan perlahan, aku membuka pintu dan mengintip secara hati-hati. Melihat keadaan rumah yang kosong, aku segera melangkah dengan berjinjit dan setengah berlari.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Astaga!" Aku melompat seketika dan mendapati Ayah yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Dengan napas yang memburu, aku memegangi dadaku. "Apakah ayah sudah mendingan?"

Ayah tak menjawab, dia hanya menatapku penuh selidik.

Aku melirik sekitar untuk sesaat sebelum berusaha menatap wajahnya lagi. "Ayah ... semalam mabuk."

"Ayah tahu."

Aku menelan ludah mendengar hal itu. "Apakah pekerjaan Ayah baik-baik saja?" Aku berusaha memperbaiki hubungan kami dengan apa yang ingin kulakukan kemarin.

"Kenapa menanyakan pekerjaan?" nada suara Ayah kembali dingin dan serak. Aku menggeleng cepat sebagai antisipasi dari kemungkinan yang tak diinginkan.

"Tidak apa-apa. Aku ... hanya khawatir dengan kondisi Ayah."

"Ayah tidak apa-apa," jawabnya kemudian berbalik.

"Aku minta maaf." Dengan cepat aku mengatakannya. "Aku minta maaf jika sudah membuat Ayah kesal sebelumnya."

Ayah kembali menatapku sejenak dan melangkah maju. Matanya yang melotot, tetapi pandangan kosong, membuatku bergidik ketakutan. "Ayah tidak akan marah jika kamu tidak malakukan dua hal. Pertama, jangan hubungi ibumu. Kedua, jangan dengar semua yang Emily katakan tentang kejelekanku."

Ayah memegang kedua bahuku dan mencengkramnya dengan amat kuat. "Paham?"

Aku mengangguk sekaligus tak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Emily bahkan tidak pernah membicarakan hal buruk tentang Ayah, kenapa Ayah justru khawatir Emily mengatakan hal jelek padaku?

✈✈✈

"Ini bahkan lebih buruk dari yang kemarin." Aku melempar pakaian itu ke lantai. "Kenapa harus ada seragam baru seperti ini?" Dengan helaan napas yang begitu amat sangat panjang, aku duduk seraya menatapi seragam tim khusus lainnya hari ini. "Aku membawa seragam kemarin padahal."

"Tidak kamu cuci?"

Aku menggeleng.

"Menjijikan." Junnie memungut baju itu seraya melihatnya sekali lagi. "Jadi cewek nggak boleh jorok." Aku mendesah ketika melihat teman sebangkuku itu sudah mengeluarkan kotak make upnya lagi. Kemarin rasanya kulit wajahku gatal gara-gara kosmetik Junnie yang kugunakan. Junnie hanya mengatakan jika itu karena aku yang tidak terbiasa dengan Make Up.

Dan memang, rasanya aku tidak ingin memakainya lagi.

Sepanjang pertandingan, pikiranku justru melayang lebih aneh lagi. Semua tentang keluargaku rasanya bercampur aduk menjadi suatu permasalahan besar, seperti bola bowling yang menggelinding dan meruntuhkan pin manapun suatu saat nanti.

Apa yang sebenarnya terjadi di antara Ayah dan Ibu? Apa yang sebenarnya terjadi di antara Ibu dan Emily? Apa yang sebenarnya terjadi di antara Emily dan Ayah. Semua semakin abu-abu dan tak ada yang mendekati titik biru.

Emily's Clue [TAMAT]Where stories live. Discover now