Fourth Chapter

102 25 4
                                    

"Semua cewek suka cowok yang ganteng, yah."

✈✈✈

"Ya Tuhan, kau bolos jam pelajaran pertama dan kembali dengan mata yang sembab." Junnie melompat kaget melihatku yang datang ke ruang ganti dengan keadaan mata yang masih basah. Tadi, setelah berpelukan keadaan menjadi agak canggung. Aku dan Emily berjanji untuk saling menemui sepulang sekolah dan aku mengurung diri dalam toilet selama jam pelajaran pertama.

Merenungi keadaan yang memutarbalikan emosiku.

Aku langsung memeluk Junnie dan merasa bahagia. "Wow-wow-wow. Seorang Cheryl memeluk orang lain? Rejeki apa yang sedang menimpamu saat ini. Coba cerita."

"Tidak mau." Aku langsung melepaskan pelukanku. "Kau punya mulut ember."

Aku berlalu tak memedulikan protes Junnie yang merasa tak terima. Kuganti pakaianku dengan seragam olah raga sementara Junnie masih membujukku untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Oh, aku tahu!" Teriaknya yang menyita perhatian siswi lain di dalam ruang ganti. "Pasti kamu jatuh cinta, iya kan?"

Aku menghela napas, begitupun para siswi yang sempat melirik. "Bukan. Tapi aku menghargai rasa ingin tahumu. Itu berarti banyak." Aku melipat pakaian putih abu-abuku dan bersiap keluar. "Hari ini aku hanya menonton saja, gak ikut olahrga. Kakiku sakit keinjak orang-orang."

"Oh, jadi kau bahagia karena diinjak orang?"

Junnie bodoh! Ingin sekali aku meneriakinya seperti itu dengan kencang. "Terserahlah."

Setelahnya aku meminta izin pada Guru Olah Raga untuk tidak ikut dengan alasan yang telah kusebutkan sebelumnya. Beliau mengizinkan tapi dengan ancaman kalau akau tidak mendapat nilai Penjaskes minggu ini.

Terserahlah. Siapa peduli dengan nilai Penjaskes.

Aku memilih duduk di tempat yang menghadap ke gedung tiga lantai tempat kelas dua belas IPA berada. Senang sekali rasanya bisa bertatap muka dengan Emily lagi. Selama ini aku mencari-cari keberadaannya dan tidak pernah kutemukan. Akun internetnya pun tidak kudapati mengingat begitu banyak yang menggunakan nama Emily di dunia ini. Lagi pula aku tak yakin Emily tipe orang penyuka Internet.

Banyak yang ingin kutanyakan. Di mana dia tinggal sekarang. Selama ini dia dan Ayah ke mana saja. Bagaimana kehidupannya. Bagaimana perkembangannya. Apa hobi barunya selain mengurusi pekerjaan rumah. Apakah dia punya pacar? Aku rasa tidak. Bukan karena dia yang tidak terlalu cantik, tapi Emily rasanya bukan tipe yang seperti itu.

Oke aku terdengar konfron dan mengerikan. Jika ternyata Emily punya pacar aku akan sangat senang. Tapi yang terpenting, Emily kembali dalam hidupku adalah awal baik dari kehidupanku yang menyedihkan ini.

"Hei Cheryl."

"Hai Jeremy." Aku tersenyum melihat Jeremy duduk di sampingku. "Kau tidak Olah Raga lagi?"

Jeremy menggeleng seraya menggunakan inhaler. Laki-laki itu menjelaskan jika napasnya hari ini agak sesak. "Kau sendiri?"

"Kakiku sakit."

"Pasti ikut rombongan cewek ngelihatin Kak Dio."

Aku mengangguk mengakui kalau aku memang terlibat dalam aksi anarkis tadi pagi.

"Semua cewek suka cowok yang ganteng, yah."

"Aku rasa itu sudah jadi sifat alami cewek." Aku tersenyum. Aku suka Jeremy karena dia kebalikan dari Junnie. Jika bicara dengan Junnie terkesan ribet, Jeremy justru bicara dengan santai. Entah memang bicara dengan cowok simpel dan bicara dengan cewek ribet, aku tidak tahu pasti. Namun, sejak SMA yang kuajak bicara hanyalah dua orang itu. Termasuk Sam, terkadang.

Emily's Clue [TAMAT]Where stories live. Discover now